Rupiah Melemah, Apakah Menjadi Pertanda untuk Menunda Investasi Properti?
Friday, 11 April 2025

Memasuki kuartal kedua tahun 2025, ekonomi Indonesia kembali dihadapkan pada tantangan dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Pada 8 April 2025, rupiah tercatat di level Rp16.846 per dolar AS, salah satu posisi terendah dalam beberapa tahun terakhir. Nilai ini mencerminkan depresiasi signifikan dibanding rata-rata pada awal 2024, yang berada di kisaran Rp15.300–Rp15.700 per dolar AS. 

Kondisi ini memunculkan pertanyaan besar di benak para calon pembeli dan investor: apakah sekarang waktu yang tepat untuk membeli properti, atau justru menunggu hingga situasi ekonomi membaik? 

Pelemahan rupiah memiliki dampak langsung terhadap kenaikan harga material bangunan, terutama yang masih bergantung pada impor. Komponen seperti baja, semen, serta peralatan mekanikal dan elektrikal (MEP) umumnya dibeli dalam mata uang dolar AS. Ketika nilai tukar melemah, biaya pengadaan pun ikut meningkat. Pengembang terpaksa menyesuaikan harga jual demi menjaga margin keuntungan mereka, terutama di segmen menengah atas.

Laporan dari salah satu lembaga riset properti menyebutkan bahwa untuk properti kelas high-end, sekitar 20–30% material yang digunakan masih berasal dari luar negeri. Artinya, segmen properti mewah lebih rentan terhadap kenaikan harga, terutama dalam beberapa bulan ke depan jika tren depresiasi rupiah terus berlanjut.

Sementara itu, Bank Indonesia hingga awal 2025 masih mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75%. Namun, stabilnya suku bunga acuan belum tentu diikuti oleh bunga KPR di lapangan. Beberapa bank mulai melakukan penyesuaian, dan tren kenaikan bisa berlanjut jika tekanan terhadap rupiah dan inflasi tidak mereda. Selain itu, kenaikan ongkos produksi juga berpotensi menunda peluncuran proyek-proyek baru oleh pengembang.

Dengan kondisi seperti ini, keputusan membeli properti perlu dipertimbangkan secara matang. Bagi investor jangka panjang dengan dana stabil, pelemahan rupiah justru bisa menjadi momentum untuk membeli sebelum harga naik lebih tinggi. Namun, bagi pembeli yang sangat bergantung pada pembiayaan bank dan belum menemukan proyek yang sesuai, perlu kembali mencermati perkembangan pasar untuk menyusun strategi yang lebih bijak. 

 

Penulis : Alivia Putri Winata

Sumber : 

https://www.kompas.com/ 

https://industri.kontan.co.id/ 

https://id.techinasia.com/ 

Share:
Back to Blogs