Pasar properti hunian mewah global masih menunjukkan pergerakan positif di penghujung tahun 2024. Berdasarkan laporan Prime Global Cities Index (PGCI) Q4 2024 yang dirilis oleh Knight Frank, harga properti hunian mewah di 44 kota utama dunia mencatat pertumbuhan tahunan sebesar 3,2%. Angka ini meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya, meskipun masih berada di bawah rata-rata pertumbuhan jangka panjang yang mencapai 5,3%.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, Asia justru muncul sebagai kawasan dengan kinerja terbaik dalam pasar properti hunian mewah. Seoul menjadi kota dengan pertumbuhan harga tertinggi, melonjak 18,4% dalam satu tahun terakhir. Kenaikan ini merupakan peningkatan yang signifikan dibandingkan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya, menunjukkan ketahanan pasar properti mewah di Korea Selatan.
Manila juga mencatat pertumbuhan yang kuat dengan kenaikan harga tahunan sebesar 17,9%. Namun, pasar properti di ibu kota Filipina ini mulai mengalami perlambatan, dengan harga turun 7,6% dalam tiga bulan terakhir.
Sementara itu, Tokyo menunjukkan pemulihan yang signifikan dengan pertumbuhan sebesar 10,6% (QoQ), meskipun Jepang menaikkan suku bunganya ke level tertinggi dalam 17 tahun. Namun, pelemahan Yen tetap menjadi faktor utama yang menarik minat investor asing untuk berinvestasi di sektor properti mewah Jepang.
Lalu bagaimanakah kondisi pasar properti hunian mewah di Indonesia?
Jika dibandingkan dengan kota-kota di Asia lainnya seperti Seoul, Manila, dan Tokyo, pertumbuhan harga properti hunian mewah di Jakarta masih tergolong rendah. Berdasarkan data PGCI Q4 2024, harga properti mewah di Jakarta hanya mengalami sedikit kenaikan, yaitu 0,5% dalam satu tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa pasar properti mewah di Jakarta relatif stagnan dibandingkan kota-kota lain di Asia.
Kondisi ini sejalan dengan pasar properti kondominium di Jakarta. Berdasarkan press conference Jakarta Property Highlight 2H24 yang dirilis oleh Knight Frank Indonesia, transaksi penjualan unit kondominium di Jakarta masih melemah. Tingkat penjualan rata-rata tercatat sebesar 95,65%, terkoreksi 0,03% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, harga unit kondominium eksisting hanya meningkat 1,8% (yoy), menjadi Rp 33,9 juta per meter persegi.
Secara keseluruhan, prospek pasar properti mewah masih sangat bergantung pada kebijakan ekonomi global, terutama terkait suku bunga. Dengan performa positif di akhir tahun 2024, pasar properti hunian mewah masih memiliki peluang untuk terus bertumbuh, terutama di kawasan Asia yang saat ini menjadi pusat perhatian utama para investor.
Penulis : Alivia Putri Winata
Sumber :
https://www.knightfrank.com/research/article/2025-02-05-seoul-surges-to-the-top-of-knight-franks-prime-global-cities-index
https://www.knightfrank.com/research/report-library/prime-global-cities-index-q4-2024-11878.aspx