Setelah pandemi, berbagai sektor saat ini berusaha untuk perlahan bangkit memulihkan kondisinya dari berbagai tantangan ekonomi dalam dua tahun terakhir.
Pada sektor properti, perkantoran menjadi salah satu sub-sektor yang mendapat tantangan signifikan di tengah pandemi, terutama dengan berlakunya model kerja remote, atau working from home maupun working from anywhere, menjadikan ruang perkantoran di CBD Jakarta harus bertahan di tengah permintaan downsizing dan tertahannya ekspansi ruang kantor.
Selepas tahun 2013, performa perkantoran di CBD Jakarta memang relatif terus terkoreksi, kondisi ini terjadi didorong oleh berbagai faktor, diantaranya jumlah stok ruang kantor yang cukup berlimpah, pertumbuhan ekonomi yang terbatas, krisis ekonomi global, saat ini ditambah lagi dengan persiapan menuju tahun politik.
Di antara masa kejayaan performa perkantoran CBD Jakarta adalah pada tahun-tahun 2011 sampai 2014. Okupansi perkantoran di periode tersebut berada di kisaran 94-97%. Pada tahun-tahun tersebut tercatat pertumbuhan ekonomi mencapai berkisar 6-7%.
Sementara itu, dalam dua tahun terakhir ini okupansi perkantoran CBD Jakarta berada di kisaran 73-74%. Memang tantangan pada sektor perkantoran saat ini cukup beragam, belum lagi stok yang terus bertambah sampai 2 (dua) tahun kedepan, khususnya untuk CBD Jakarta.
Namun, di tengah kondisi tersebut. Sektor perkantoran di tahun ini memiliki setidaknya satu juta meter persegi stok perkantoran berlabel hijau, bahkan beberapa diantaranya memiliki pilar wellbeing certification.
Perkantoran berbasis ESG di CBD Jakarta, semester satu tahun ini stoknya bertambah 15% dan okupansi yang relatif stabil pada rerata 73% dalam dua tahun terakhir. Tentu ini adalah capaian positif di tengah tantangan pemulihan sub-sektor perkantoran saat ini.
Perkantoran berbasis ESG ini masih memiliki pasar dengan segmen tertentu. Umumnya adalah para tenant dari MNC, yang memang memiliki komitmen terkait pembangunan berkelanjutan atau sustainable development.
Secara umum, rerata harga sewa ruang kantor berbasis ESG memang lebih tinggi dari ruang kantor non-ESG, hal ini diantaranya karena layanan ruang kantor ESG umumnya mengadopsi teknologi tinggi yang hemat energi. Sejalan dengan fakta tersebut, berdasarkan data Knight Frank Indonesia, seluruh gedung kantor berbasis ESG di CBD Jakarta berada pada kelas Premium dan Grade A, atau kelas dengan klasifikasi dan kualitas layanan tertinggi.
Penulis : Syarifah Syaukat
Sumber:
https://kfmap.asia/research/jakarta-cbd-office-market-overview-h2-2022/2445
Artikel Terkait
Perubahan Pola Pikir Tentang Pekerjaan Ideal Menurut Milenial dan Generasi Z Pasca Pandemi
Pentingnya Penerapan ESG di Sektor Properti dari Perspektif Occupier
Regulasi Green Building untuk Gedung Perkantoran dan Komersial