Saat ini, tentunya topik ESG bukanlah topik yang asing. ESG tidak hanya membahas mengenai lingkungan saja. ESG terdiri dari 3 pilar yaitu environment, social, dan governance.
Pada sektor properti, tentunya ketiga pilar tersebut dicoba untuk direfleksikan ke dalam suatu bangunan. Jika berkaitan dengan environment, tentunya penerapannya berkaitan dengan efisiensi energi dan green building. Pilar social sendiri merujuk kepada kemampuan bangunan untuk meningkatkan wellness dari pengguna bangunan dan meningkatkan interaksi antar komunitas pengguna bangunan. Pilar governance merujuk kepada akuntabilitas suatu entitas terhadap ESG yang terefleksikan juga kepada lingkungan di sekitar bangunan tersebut.
Menurut riset yang dilakukan oleh Knight Frank Asia Pasifik dengan judul Why ESG Matters, A Guide for Occupiers, sejumlah investor besar sudah menunjukkan geliat investasi berbasis ESG. Selain itu, masih dari riset yang sama, sekitar 40% responden menyebutkan bahwa salah satu keuntungan menempati green certificate building adalah untuk mendukung strategi CSR perusahaan tersebut.
Melihat pergerakkan pasar tersebut, maka tidak ada salahnya para pengembang memanfaatkan momentum tersebut dengan menjawab kebutuhan para tenant.
Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh para pengembang untuk memastikan penerapan konsep ESG dalam suatu bangunan adalah melalui:
1. Sustainability Ratings and Certificates
Melakukan sertifikasi bangunan hijau dan memiliki energy performance certificate untuk membantu meningkatkan okupansi dan rerata sewa. Indikator ini juga bisa tercapai melalui beberapa penghargaan dari segi lingkungan dan sustainability.
2. Transportation
Penyedian charging space untuk electric vehicle dan penyediaan ruang parkir untuk sepeda disertai shower room bagi pengguna gedung yang menggunakan moda transportasi sepeda dan electric vehicle
3. Water Use
Menerapkan teknologi yang mampu menghemat penggunaan air melalui rainwater harvesting dan efisiensi penggunaan air di dalam toilet.
4. Carbon Management and Data Provision
Efisiensi penggunaan energi (listrik, gas, air, cooling system, heating system) didalam gedung dan penyedian submeter pemantauan penggunaan energi. Submeter tersebut nantinya akan menunjukkan besaran penggunaan energi dan informasi tersebut dapat diakses oleh para pengguna bangunan.
5. Building Management & Wellness Occupier management
Meningkatkan jumlah ruang hijau dan amenitas di dalam bangunan yang dapat dimanfaatkan sebagai ruang untuk berinteraksi dan beristirahat. Selain itu, menginstal tracking device untuk memantau emisi GHG dan kualitas udara di dalam ruangan dimana informasi tersebut dapat diakses publik.
6. Waste Management
Penerapan kebijakan pengurangan limbah bangunan dan menerapkan kebijakan daur ulang terhadap beberapa utilitas. Selain itu, perusahaan juga memberlakukan waste monitoring and audit guna menunjukkan komitmen perusahaan terhadap ESG.
Penulis: Lusia Raras
Sumber:
Knight Frank Asia Pacific, Why ESG Matter: A Guide for Occupier
Knight Frank Asia Pacific, (Y)OUR SPACE
www.scmp.com
Artikel Terkait: