Pertumbuhan EV, di tengah Tantangan dan Peluang yang Terbuka
Friday, 11 April 2025

Di tengah maraknya pertumbuhan penjualan EV dalam 5 tahun terakhir di Indonesia. Pemerintah turut mengambil peran dengan mendorong melalui penetapan insentif tahun 2023, pembelian kendaraan listrik, dengan bebas pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), PPN DTP (Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah), dan pembebasan pajak kendaraan bermotor. Selain itu juga pengendara EV bebas dari peraturan ganjil genap untuk mengaspal di tengah kota pada hari-hari kerja.

Tentu saja hal di atas bukan tanpa tujuan, Pemerintah juga menargetkan pada tahun 2030 di Indonesia mengaspal  2 juta mobil listrik dan 13 juta motor listrik, dan dapat mencapai 100% EV di tahun 2050. Capaian diantaranya menjadi bentuk komitmen terhadap kesepatan global untuk mencapai net zero emission di tahun 2060

Cita-cita adaptasi menuju era EV adalah mimpi masa depan, sebagai upaya mencapai harmonisasi pembangunan dengan kondisi lingkungan hidup yang berkelanjutan, namun berbagai tantangan masih dihadapi, termasuk juga peluang yang terbuka.

Diantaranya terkait infrastruktur penunjang pertumbuhan EV. Saat ini, setidaknya terdapat 1.582 SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) dan 2.182 SPBKLU (Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum) di Indonesia, yang dominasinya tersebar di Jakarta. Menurut PLN pada periode akhir 2024, setidaknya pertambahan SPKLU mencapai 157%(yoy), dan home charging mencapai 334% (yoy). Namun kedepan masih diperlukan akselerasi yang signifikan dan kontinue utk mendorong pertumbuhan EV sesuai dengan target nasional.

Kendala di atas tidak hanya dihadapi Indonesia. Di Inggris, saat ini setidaknya 30% dari koridor jalan utama masih kekurangan DC (direct current) charges station. Hal ini tentu saja menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengendara EV, padahal pasar EV terus tumbuh. 

Sementara itu, pengalaman Norwegia, sebagai negara yang tergolong memilik jumlah mobil listrik tertinggi di dunia, menyebutkan bahwa sebenarnya keberadaan charging station akan memicu tingkat kepemilikan kendaraan listrik sampai lebih dari 200%.

Kondisi di atas membuka peluang terhadap pengadaan stasiun pengisian baterai untuk kendaraan listrik. Selain itu, dalam perjalanan pertumbuhannya, EV telah memberikan berbagai dampak turunan ekonomi di Indonesia, diantaranya sebagai berikut:

  • Setidaknya 7.800 lapangan pekerjaan terbuka dari pengembangan pabrik baterai EV di Jawa Tengah. Belum termasuk yang akan dikembangkan di Subang dan beberapa area di Jabodetabek.
  • EV atau industri otomotif secara umum, sebagai occupier utama kawasan industri, yang tercatat telah menyerap 164 hektar lahan di kawasan industri Bekasi/Karawang dan Subang di sepanjang tahun 2024, dan diprediksi akan terus tumbuh permintaan lahan dari sektor EV pada masa berikutnya.
  • Tumbuhnya sektor logistik warehouse dari merebaknya EV di Indonesia, setidaknya di koridor Timur (Bekasi & Karawang) konsisten mendapatkan tambahan stok dalam 3 tahun terakhir untuk mengakomodasi permintaan ruang logistik warehouse.
  • Tumbuhnya industri pendukung EV, seperti baterai, suku cadang, distributor, dealer, penyedia layanan pengisian daya, bengkel konversi kendaraan listrik, dsb.

Sejatinya, EV tidak hanya terkait tren, dampak turunan ekonomi, ataupun efisiensi penggunaan energy dan pengurangan emisi. Namun lebih dari itu, tumbuhnya penggunaan EV merefleksikan kesadaran dan komitmen bersama terhadap upaya menjaga dan melestarikan lingkungan hidup, atau mengimplementasikan ESG dalam pembangunan, di tengah bumi yang semakin menua.

 

Penulis : Syarifah Syaukat

Sumber:

https://www.knightfrank.com/research/article/2024-12-16-sustainability-series-evs-the-everywhere-vehicle

https://kek.go.id/id/

https://www.antaranews.com/ 

https://www.thedrive.com/

https://databoks.katadata.co.id/

Share:
Back to Blogs