Dalam beberapa bulan terakhir berbagai media menyampaikan informasi terkait kondisi deflasi yang telah terjadi sejak bulan Mei 2024, dan terus berlanjut berturut-turut hingga Agustus 2024. Deflasi diindikasi terjadi karena melemahnya kemampuan atau daya beli kelas menengah.
Setelah 2 tahun berakhirnya pandemi, kelas menengah tidak lagi mendapat subsidi, seperti yang pernah berlaku untuk PPH 21. Sementara itu, pertumbuhan pendapatan kelas menengah dinilai tidak sejalan dengan peningkatan harga berbagai kebutuhan pokok yang terjadi dalam dua tahun terakhir. Kondisi ini diduga sebagai faktor yang menyebabkan melemahnya kemampuan daya beli kelas menengah.
Bahkan sejumlah kelas menengah-bawah telar bergeser statusnya menjadi kelompok rentan saat ini. Kemampuan belanja kelas menengah erat kaitannya dengan performa sektor ritel, hal ini diantaranya karena lebih dari separuh transaksi di sektor ritel digerakan oleh kelas menengah.
Berdasarkan hasil penelusuran Knight Frank Indonesia, pada paruh pertama tahun 2024 performa ritel pada segmen menengah ke atas relatif stabil, namun performa ritel pada segmen menengah ke bawah terkoreksi, sekitar 4%.
Pada dasarnya, koreksi pada ritel di segmen menengah ke bawah telah terjadi sejak semester kedua tahun 2020. Artinya, pelemahan telah terjadi sejak pandemi dan belum kunjung membaik hingga saat ini. Hal ini menandai bahwa, pelemahan daya beli memang telah terjadi sejak periode tersebut, dan pemulihan belum terlihat signifikan, ditandai dengan koreksi yang terjadi terus berkelanjutan.
Di tengah kondisi tersebut, memang kita lihat bahwa peritel memiliki kemampuan adaptasi yang cepat, baik melakukan renovasi ruang, ataupun inovasi produk, termasuk inovasi pemasaran.
Misalnya saja peritel FnB (makanan minuman), yang merupakan salah satu peritel paling aktif, berbagai brand tercatat sebagai tenant baru di ruang ritel Jakarta, meski sebagian lainnya harus keluar dari ruang ritel Jakarta. Peritel yang mampu menyesuaikan produk dan harga dengan kemampuan daya beli masyarakat saat ini, masih dapat meraih gemilang.
Ketangguhan peritel FnB memang layak didapuk sebagai top retailer, karena mampu bertahan dan berinovasi dengan cepat, baik di dalam ruang ritel, ataupun mengembangkan stand alone retail, atau bahkan mengisi ruang di strip mall, atau alfresco retail yang tengah menjamur dalam 3 tahun terakhir ini.
Bahkan di tahun ini, salah satu peritel FnB lokal menyatakan telah mengembangkan sekitar 900 gerai dalam 7 tahun, bahkan telah mencatat rekor telah membuka 26 gerai dalam satu minggu saja, dan saat ini ekspansinya merambah ke negara tetangga seperti, Malaysia dan Singapura.
Makanan dan minuman, memang merupakan kebutuhan pokok yang tidak mungkin dihindari transaksinya, untuk itu peritel yang inovatif masih tetap memiliki peluang untuk terus tumbuh, meski ditengah pelemahan daya beli kelas menengah.
Penulis : Syarifah Syaukat
Sumber:
https://kfmap.asia/research/jakarta-retail-market-overview-2h-2023/3163
https://industri.kontan.co.id/news/rajin-ekspansi-total-gerai-kopi-kenangan-di-indonesia-sudah-capai-927
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-6152606/kisah-sukses-kopi-kenangan-dari-gerai-kecil-menyebar-ke-1-000-cabang