Beberapa pekan ini banyak berita yang menceritakan mengenai pergeseran jumlah populasi berdasarkan pengeluaran, khususnya di kelas menengah. Jika dikaitkan dengan penghasilan atau pengeluaran, disebutkan bahwa BPS mendefinisikan kelas menengah adalah penduduk dengan pengeluaran antara 3,5 sampai 17 kali lipat dari garis kemiskinan nasional.
Pada bulan Maret 2024, BPS menetapkan garis kemiskinan nasional pada angka Rp 582.932 per kapita per bulan. Sehingga, kelas menengah adalah penduduk yang memiliki pengeluaran sekitar Rp 2.040.262 hingga Rp 9.909.844.
Menurut data Badan Pusat Statistik , per 2024 terdapat 47,85 juta penduduk kelas menengah, atau setara dengan 17,31% dari jumlah total penduduk Indonesia. Jumlah ini pun sudah mengalami penurunan sebesar 9,48 juta jiwa dari tahun 2019.
Masih menurut BPS disebutkan bahwa Indonesia mencatat deflasi pada Agustus 2024 sebesar 0,03% per bulan. Kondisi deflasi ini sudah terjadi dalam 4 bulan terakhir. Kondisi deflasi pun disebabkan oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
Kedua kondisi di atas pun juga berpengaruh terhadap sektor properti, salah satunya adalah koreksi dalam permintaan terhadap properti, harga yang relatif stagnan, dan kelesuan sektor konstruksi
Jika dikaitkan dengan permintaan terhadap properti, tentunya paling berpengaruh terhadap subsektor yang didominasi oleh end user, seperti residential. Menurut data dari Jakarta Property Highlight, pada semester 1 tahun 2024, terdapat 8.000 unit apartemen yang belum terjual saat ini, namun permintaan terhadap unit apartemen pun mengalami penurunan sekitar 15-20% (yoy). Selain itu, harga unit apartemen pun relatif stagnan, atau hanya mengalami peningkatan sekitar 0,4% (hoh) atau pada angka Rp 33,4 juta per meter persegi.
Jika dikaitkan dengan kelesuan sektor konstruksi, hal ini ditemukan di beberapa subsektor properti. Untuk sektor residensial, setidaknya terdapat 12% dari proyek apartemen baru yang menunda pembangunannya di semester pertama tahun 2024. Hal serupa juga terjadi di subsektor retail, dengan beberapa proyek baru yang juga memundurkan periode launching.
Sehingga, dapat dipahami bahwa adanya pengurangan jumlah populasi kelas menengah berpengaruh terhadap pergerakkan transaksi di sektor properti. Karena adanya perubahan perilaku belanja konsumen yang tentunya akan berpengaruh terhadap pasokan, permintaan, dan kinerja pengembang maupun operator properti.
Penulis: Lusia Raras
Sumber:
https://databoks.katadata.co.id/
https://goodstats.id/
https://www.cnnindonesia.com/
https://www.bbc.com/