Dalam upaya transisi menuju energi terbarukan, beberapa negara berlomba untuk mewarnai dan mendominasi sektor bisnis electric vehicle (EV).
Menurut data International Energy Agency, pada tahun 2024, jumlah penjualan EV bisa mencapai 17 juta unit. Masih dari sumber yang sama, pada kuartal pertama tahun 2024, penjualan EV meningkat 25% (yoy). Pada tahun ini pun, market share untuk EV tersebar di beberapa negara, diantaranya 45% di Tiongkok, 25% di Eropa, dan lebih dari 11% di Amerika Serikat.
Pertumbuhan di ketiga area tersebut didukung oleh persaingan antar produsen, penurunan harga baterai dan mobil, serta dukungan kebijakan yang berkelanjutan.
Di Tiongkok sendiri, keberhasilan atau capaian dari EV juga didukung oleh beberapa faktor. Menurut Harvard Business Review, dua pendorong pasar kendaraan listrik berkembang dengan pesat di Tiongkok karena:
Meskipun pasar EV di Tiongkok mulai lebih lama dibanding Amerika Serikat, saat ini market share untuk EV di TIongkok lebih besar dibanding di Amerika Serikat. Hal ini disebabkan oleh strategi pengenalan EV yang dimulai dari pengecekan kualitas baterai kendaraan. Beberapa manufaktur di Tiongkok lebih memilih melakukan transisi menuju EV untuk bus dan juga kendaraan bermotor, dan bukan mobil pribadi.
Strategi ini dilakukan untuk mengetahui kapasitas baterai dari EV yang paling optimal untuk kondisi apapun. Dengan mengetahui cara kerja baterai yang paling optimal, perusahaan manufaktur dapat memproduksi baterai dengan competitive value yang tinggi.
Pada saat pengenalan pertamanya di tahun 2009, Pemerintah Tiongkok mensubsidi pembelian kendaraan listrik (EV) di 10 kota, dengan subsidi mulai dari RMB4.000 hingga RMB60.000.
Selain subsidi, produsen EV di Tiongkok bekerja sama dengan perusahaan taksi untuk mengembangkan solusi operasional yang meningkatkan teknologi baterai. Mereka tidak hanya memetakan lokasi stasiun pengisian daya, tetapi juga menguji penjadwalan pengisian yang sesuai dengan kinerja EV.
Perkembangan pasar EV di China juga berpengaruh terhadap Indonesia. Menurut Luhut Binsar Panjaitan, Indonesia juga sudah siap menjadi salah satu pemain dalam industri electric vehicle. Menurut beliau, Indonesia memberikan target akan memproduksi unit EV sebanyak 600.000 hingga 2030. Di sisi lain, beberapa manufaktur besar juga menanamkan modal di industri ini, salah satu perusahaan tersebut menanam modal sekitar USD 1,3 Miliar di tahun 2024.
Penulis: Lusia Raras
Sumber:
https://kfmap.asia/blog/ini-alasan-indonesia-menarik-di-mata-investor-asing/3400
https://hbr.org/
https://www.usasean.org/
https://www.aseanbriefing.com/
https://jakartaglobe.id/