Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal melaporkan bahwa pada kuartal III/2024 capaian investasi melebih target dibandingkan dengan investasi dari Januari - September 2024, yang mencapai Rp 1.261,43 Triliun. Angka tersebut tercatat pada 101,8% lebih tinggi dibanding pada target realisasi investasi.
Khususnya di Jawa Tengah mencatatkan realisasi investasi pada Januari - September 2024 sebesar Rp 26.141,49 Miliar (menyumbang 4,1% dari total investasi Indonesia) untuk PMA, dan US$ 1.664,47 Juta (menyumbang 3,8% dari total investasi Indonesia) untuk PMDN.
Performa investasi di Provinsi Jawa Tengah pun tidak luput dari sektor Industri dan Manufaktur. Menurut laporan dari Knight Frank Indonesia yang berjudul Indonesia General Property & Industrial Investment Guide, disebutkan bahwa terdapat 18 Kawasan Industri yang tersebar di provinsi Jawa Tengah, dengan luas mencapai 16.200 hektar, yang tersebar di Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Demak, Kabupaten Batang, Kabupaten Kendal, dan Kabupaten Brebes.
Kawasan industri di Jawa Tengah memiliki infrastruktur yang memadai, diantaranya terkoneksi dengan beberapa titik pusat transportasi seperti bandara dan pelabuhan laut. Selain itu, terdapat 11 ruas jalan tol dan 9 jalur kereta api yang juga meningkatkan konektivitas di dalam dan keluar dari Provinsi.
Namun, perlu diingat bahwa pengembangan kawasan industri di Provinsi Jawa Tengah pun tidak luput dari kekuatan sumber daya yang sudah dimiliki dari provinsi ini. Menurut laporan Knight Frank Indonesia, jumlah penduduk di Greater Semarang pada tahun 2024, mencapai sekitar 6,9 juta jiwa, dimana 53,7% nya termasuk sebagai angkatan kerja. Populasi menjadi basis keunggulan atas tumbuhnya sektor properti, diantaranya sektor industri.
Selain dari pasokan jumlah tenaga kerja yang cukup tinggi, dapat dilihat juga bahwa Provinsi ini memiliki biaya tenaga kerja yang kompetitif. Masih menurut laporan dari Knight Frank Indonesia, rerata biaya tenaga kerja di area Greater Semarang adalah sekitar Rp 2,6 juta.
Provinsi Jawa Tengah juga memiliki beberapa potensi pengembangan sektoral. Menurut data dari Knight Frank Indonesia, pada tahun 2023, sektor manufaktur merupakan sektor dengan penyumbang tertinggi dari PDRB pada area Greater Semarang, yaitu sekitar 31,2% dari total pendapatan. Kemudian diikuti oleh sektor agrikultur sekitar 23,6%, sektor perdagangan sekitar 13,6%, dan sektor konstruksi sekitar 13,5%.
Dengan berbagai faktor pendukung seperti infrastruktur yang memadai, aksesibilitas yang baik, dan biaya tenaga kerja yang kompetitif, Jawa Tengah terus menunjukkan posisinya sebagai salah satu wilayah yang memiliki potensi sebagai lokasi investasi yang menjanjikan.
Realisasi investasi yang signifikan serta dukungan dari sektor industri dan manufaktur memperkuat posisi provinsi ini sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Bagi Anda, yang ingin berkolaborasi dalam pengembangan kawasan Jawa Tengah, dapat menghubungi kami pada link berikut: https://kfmap.asia/contact-us
Penulis: Lusia Raras
Sumber:
https://kfmap.asia/research/indonesia-general-property-industrial-investment-guide-2024/3552
https://kfmap.asia/blog/intip-peraturan-penataan-ruang-di-provinsi-jawa-tengah/2093