Potensi dan Tantangan Rumah Kopel | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia
Potensi dan Tantangan Rumah Kopel
Friday, 10 May 2024

Di tengah kepadatan perkotaan, permintaan akan hunian terus meningkat, sementara lahan yang tersedia semakin terbatas. Keterbatasan lahan ini menjadi salah satu permasalahan utama yang dihadapi masyarakat urban.

Rumah kopel adalah dua rumah yang berhimpitan di atas satu lahan, dengan desain serupa dan atap yang sama, serta hanya dipisahkan oleh satu dinding.

Konsep hunian ini diketahui sudah lebih dulu dikenal di Eropa. Namun, rumah kopel juga menjadi bagian dari warisan budaya di Indonesia, terutama pada masa penjajahan Belanda.

Rumah kopel dianggap sebagai pilihan hunian di tengah kondisi krisis perumahan akibat lonjakan harga properti yang terus meningkat, dan sulitnya mendapatkan rumah dengan harga terjangkau.

Adapun regulasi yang mengatur tipologi rumah kopel, seperti yang disebutkan dalam SNI 03-1733-2004, menjelaskan bahwa rumah kopel sebagai dua buah tempat kediaman lengkap, salah satu sisi bangunan induknya menyatu dengan sisi satu bangunan lain atau satu tempat kediaman lain, dan masing-masing mempunyai persil sendiri.

Rumah kopel dianggap memiliki potensi yang besar dalam menawarkan alternatif hunian yang lebih terjangkau dan efisien di tengah kepadatan perkotaan serta keterbatasan lahan. Meskipun demikian, potensi tersebut juga memiliki sejumlah tantangan tersendiri bagi pemiliknya, sehingga diperlukan perencanaan yang matang untuk mengatasi tantangan ini.

Potensi utama dari rumah kopel ini adalah harganya yang lebih terjangkau, jika dibandingkan dengan rumah yang berdiri sendiri di lokasi yang sama. Oleh karena itu, rumah kopel menjadi pilihan menguntungkan terutama bagi keluarga kecil yang mencari hunian murah dengan lokasi strategis dan aksesibilitas yang ideal, seperti di pusat kota besar. 

Selain itu, rumah kopel juga cenderung murah untuk perawatan dan pemeliharaannya. Hal ini karena terdapat dua penghuni dalam satu lahan dan bangunan yang sama, maka usia dan kebutuhan perawatan akan cenderung serupa. Dengan begitu, penghuni dapat menegosiasikan biaya pemeliharaan bersama dengan penghuni lainnya. Sebagai contoh, jika terjadi kerusakan pada atap, dinding, atau perawatan taman, kedua penghuni dapat membagi dua biaya pemeliharaannya.

Di sisi lain, rumah kopel juga dihadapkan dengan beberapa tantangan, seperti terbatasnya luas bangunan yang membuat rumah terkesan sempit, dan memiliki sedikit ruang. Oleh karena itu, hunian ini lebih sesuai untuk mereka yang belum menikah atau baru saja menikah.

Sulitnya merenovasi rumah juga menjadi tantangan yang umum dihadapi oleh setiap pemilik rumah, karena rumah ini berbagi dinding dengan bangunan tetangga, renovasi keseluruhan rumah menjadi hal yang cukup sulit untuk dilakukan.

Dengan demikian, meskipun rumah kopel memiliki sejumlah potensi yang cukup menguntungkan,  perencanaan yang cermat serta kerjasama dengan penghuni lain mungkin akan menjadi solusi yang diperlukan dan dibutuhkan untuk pengelolaan jangka panjang.

 

Penulis: Eka Firmansyah

Sumber:

https://www.nawasis.org/portal/digilib/read/sni-03-1733-2004-tata-cara-perencanaan-lingkungan-perumahan-di-perkotaan/51450

https://blkp.co.id/blogs/detail/mengenal-apa-itu-rumah-kopel

https://www.rumah123.com/panduan-properti/mengenal-rumah-kopel/

https://rumahimpiankuonlinedotnet.wordpress.com/2016/01/05/rumah-kopel/

https://sumeksradio.disway.id/read/9565/eksplorasi-hunian-urban-kelebihan-kekurangan-rumah-kopel-yang-wajib-anda-ketahui

Share:
Back to Blogs