Lebih dari 50% generasi milenial dan generasi Z mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari generasi sandwich, karena mereka memiliki tanggung jawab terhadap saudara dan orang tuanya. Dinamika tersebut menunjukkan tantangan dan peran ganda yang dimiliki para generasi milenial dan generasi Z yang berdampak terhadap kemampuannya dalam membeli rumah tinggal.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh University of Washington dan California State University, angka generasi Z dan milenial yang memilih untuk tinggal bersama orang tuanya terdapat kenaikan 9% di antara tahun 2000 - 2021. Hal tersebut dikarenakan adanya kenaikkan angka pengangguran, harga properti yang tidak terjangkau, dan penundaan pernikahan.
Selain itu, terdapat juga tantangan yang berpotensi dialami oleh generasi Z yang ingin memiliki rumah, mulai dari kenaikkan harga rumah, inflasi, kompetisi dengan generasi X dan Milenial, serta ketentuan Credit Score untuk melakukan KPR rumah.
Namun, dalam dua tahun terakhir, terjadi pergeseran di tengah tantangan Gen Z dalam memiliki properti. Pergeseran tren real estate dari generasi Z yang menunjukkan pergerakan positif, terungkap dalam studi yang dilakukan oleh real estate brokerage asal Amerika Serikat (2023), ditemukan bahwa sekitar 30% dari masyarakat pada umur 25 tahun sudah memiliki rumahnya sendiri pada tahun 2022, jika dibandingkan dengan generasi millenial dan X pada umur yang sama, angka tersebut 3% lebih banyak.
Hal tersebut menunjukkan kelihaian serta kecerdasan generasi Z dalam pasar properti, sebagai contoh terdapat banyak generasi Z yang memilih untuk membeli rumah di lokasi pinggir kota untuk harga yang lebih mudah dicapai. Tren kenaikan remote working juga membuat para pembeli rumah bersedia untuk memiliki rumah di lokasi yang jauh dari pusat kota.
Penulis: Defta Ina Mustika
Sumber:
The Wealth Report Knight Frank (2024)
https://www.chase.com/
https://www-idntimes-com
https://www.forbes.com/
https://knowledge.wharton.upenn.edu/