Lika Liku Performa Ritel Jakarta di Tengah Rekam Jejak Deflasi | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia
Lika Liku Performa Ritel Jakarta di Tengah Rekam Jejak Deflasi
Friday, 27 September 2024

Deflasi, suatu kondisi perekonomian, yang ditandai dengan turunnya harga barang kebutuhan pokok di suatu negara. Deflasi biasa diartikan sebagai kekurangan jumlah uang beredar, dan memberikan indikasi penurunan daya beli masyarakat, berkurangnya permintaan terhadap suatu barang, ataupun perlambatan kegiatan ekonomi yang berdampak pada berkurangnya penghasilan, sehingga jumlah uang beredar di masyarakat menjadi berkurang.

Secara historis, setidaknya deflasi di Indonesia pernah terjadi pada beberapa tahun kebelakang, diantaranya yaitu pada tahun 1999, 2008, 2020, dan tahun ini (2024).

Saat ini, tahun 2024 deflasi terjadi sejak Mei 2024 berturut-turut sampai Agustus 2024. Kondisi ini diduga sebagai ekor dari dampak pandemi yang belum pulih, terutama pada sebagian kelas ekonomi masyarakat.

Deflasi, kerap dikaitkan dengan kondisi daya beli masyarakat. Sementara itu, dalam sektor properti, ritel menjadi salah satu subsektor properti yang sangat reflektif dengan kondisi daya beli masyarakat.

Lalu, bagaimana performa ritel di tengah masa deflasi ?

Di masa pandemi, awal tahun 2020, deflasi yang terjadi pada kisaran 0,05-0,1% kondisi ini merupakan dampak dari pelemahan transaksi di periode pandemi. Sementara itu, deflasi tahun ini terjadi pada kisaran 0,08-0,18% yang terjadi akibat turunnya harga komoditas volatile foods.

Di Jakarta, performa ritel kelas menengah ke bawah mulai terlihat terkoreksi pada semester kedua tahun 2020, dan terus terjadi hingga saat ini (awal tahun 2024), dengan rerata okupansi dikisaran 65%. Belum terlihat perbaikan yang signifikan sejak pandemi hingga awal tahun ini (2024).

Berbeda halnya dengan segmen menengah ke bawah, ritel pada segmen menengah ke atas justru memperlihatkan perbaikan performa setelah terkoreksi di awal tahun 2021, dan mulai bergerak membaik di akhir tahun 2022 ketika pandemi berangsur pulih, dan terus membaik sampai awal tahun 2024, dengan rerata tingkat okupansi berada di kisaran 89-93%.

Berdasarkan rekam jejak ekspansi peritel di Jakarta. Beberapa sektor, terpaksa keluar dari ruang ritel, seperti Department Store, FnB/Restaurant, Bank & Travel Agent. Sementara itu, Home Appliance dan Supermarket, menjadi diantara retail tenant yang mampu bertahan dan terus beroperasi dengan pembatasan di tengah pandemi.

Memang, kelas menengah ke bawah relatif cepat terdampak dari kondisi perekonomian secara umum, dibandingkan dengan kelas menengah ke atas yang lebih resilien. Sehingga peritel perlu lebih jeli dalam berinovasi produk, menyesuaikan dengan kemampuan belanja masyarakat saat ini.

Ketahanan peritel dalam berinovasi terbukti menjadi jawaban, meski di tengah deflasi yang terjadi dalam beberapa bulan berturut-turut.

 

Penulis: Syarifah Syaukat

Sumber:

https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/lubuksikaping/id/data-publikasi/artikel/3145-mengenal-deflasi-dan-inflasi-serta-pengaruhnya-terhadap-perekonomian.html

https://www.cnbcindonesia.com/news/20240802083106-4-559769/muncul-data-terbaru-ri-mirip-kondisi-krisis-1998-2020

https://www.theindonesianinstitute.com/meneropong-deflasi-indonesia/#:~:text=Dilansir%20dari%20rri.co.id,dari%20panen%20di%20sentra%20produksi.

Share:
Back to Blogs