Menurut salah satu publikasi dari Knight Frank Asia Pasifik, Christine Li, Head of Research dari Knight Frank Asia Pasifik menyebutkan bahwa Jepang menjadi salah satu destinasi dari investor properti di Singapura, menyusul Tiongkok dan Australia.
Pemantauan Knight Frank Asia Pasifik dari tahun 2003 hingga 2023 menemukan bahwa Jepang sudah menerima sekitar US$ 16,2 triliun dari investor Singapura, dimana 12% dari total modal tersebut terjadi di tahun 2023 yang menandakan adanya peningkatan minat. Lalu, apa saja yang mendasari peningkatan minat investasi tersebut?
Pertama dari segi inflasi. Pada tahun 2023, sebagai dampak dari kebijakan moneter dari pemerintah Jepang untuk menekan inflasi domestik membuat mata uang Yen mengalami pelemahan jika dibandingkan dengan mata uang global. Sehingga, hal ini pun juga memicu para investor Singapura untuk melakukan investasi di bidang properti.
Kedua, terdapat perubahan paska pandemi. Beberapa tahun belakangan ini, aliran modal dari Singapura kebanyakan diperuntukkan untuk investasi properti di subsektor perkantoran, industri, dan hospitality assets.
Namun, dengan adanya peningkatan tipe hybrid working paska pandemi dan pembukaan border di beberapa negara, target investasi tersebut bergeser menjadi logistik dan hospitality assets.Preferensi terhadap logistik ini muncul setelah pertumbuhan dari sektor logistik di Jepang yang signifikan, didukung oleh performa transaksi pada e-commerce dan third-party logistic.
Peningkatan minat investasi juga didasari dari peningkatan harga sewa pergudangan dikarenakan pasokan yang terbatas di tengah permintaan pasar yang meningkat. Untuk sektor logistik sendiri, pada tahun 2023 investor Singapura sudah menyuntik sekitar US$ 1,68 miliar, volume investasi tertinggi sepanjang dekade ini.
Sementara itu, dari sub sektor hospitality paska pembukaan border, Jepang juga mengalami peningkatan kunjungan turis mancanegara. Peningkatan tersebut berdampak terhadap peningkatan okupansi dari hotel, dimana pada bulan Maret 2023, okupansi hotel meningkat sekitar 21% jika dibandingkan dengan periode sebelum pandemi.
Melihat potensi tersebut, pada bulan April 2023, pemerintah Jepang membangun proyek pariwisata senilai US$ 8,1 miliar. Proyek tersebut akan menawarkan kawasan resor yang terintegrasi dan memiliki beberapa fasilitas seperti hotel, conference rooms, dan pusat perbelanjaan. Per Agustus 2023, para investor dari Singapura sudah menyuntik dana sekitar US$ 942 juta yang kebanyakan diberikan untuk pengembangan hotel.
Namun, di tengah peningkatan investasi ini, masih terdapat sinyal hati-hati yang juga perlu dipahami para investor. Dilansir dari Reuters, pada bulan September tahun ini Jepang mengalami pelemahan pertumbuhan ekonomi akibat krisis properti dari Tiongkok. Tiongkok merupakan mitra dagang terbesar Jepang dari segi ekspor dan juga peningkatan suku bunga yang cukup tajam. Dampak dari kondisi ini pun membuat beberapa perusahaan di Jepang untuk lebih berhati-hati dalam belanja.
Penulis: Lusia Raras
Sumber:
www.detik.com