Memasuki tahun baru 2023, sudah saatnya kita menyusun rencana dan target tahun ini. Perencanaan perlu dilakukan dengan melihat kondisi pasar, baik secara global, regional maupun lokal agar mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Meskipun kondisi ekonomi global diisukan akan menghadapi resesi dan turbulensi sehingga sulit untuk memprediksi hal yang pasti. Namun terdapat beberapa yang perlu diperhatikan untuk pasar properti di tahun 2023. Salah satunya adalah pertumbuhan ekonomi. Namun terdapat beberapa indikator ekonomi yang perlu diperhatikan untuk pasar properti di tahun 2023. Salah satunya adalah pertumbuhan ekonomi.
Negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat sudah memasuki masa resesi. Berdasarkan riset Knight Frank, tahun 2023 akan terjadi perlambatan pertumbuhan yang tidak signifikan dibandingkan resesi yang terjadi di beberapa dekade terakhir dan ada kemungkinan untuk reset pada tahun 2024. Lalu bagaimana kondisi di Indonesia?
Berdasarkan Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 diperkirakan masih akan mencapai 5% secara tahunan. Proyeksi tersebut dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi global yang tinggi terutama kondisi pandemi yang masih berlangsung di Mainland China. Pencabutan PPKM di Indonesia juga akan memberikan kontribusi kepada peningkatan ekonomi domestik meskipun tidak signifikan.
Indikator berikutnya adalah nilai inflasi, karena akan menentukan arah suku bunga dan hasilnya akan mempengaruhi harga aset global. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa tahun 2023 menjadi tahun yang berat untuk dihadapi. Tantangan pada tahun 2023 antara lain pengendalian inflasi global, mencegah resesi, dan terus meningkatkan pemulihan ekonomi pasca pandemi. Pada tahun 2022, Indonesia mengalami rekor inflasi tertinggi (8,36% YoY) dalam 8 tahun terakhir. Tahun 2023 diperkirakan akan kembali ke sasaran 3% hingga 1% berdasarkan keterangan resmi Bank Indonesia.
Indikator yang terakhir adalah tingkat pengangguran. Headline rate kemungkinan akan meningkat di banyak negara karena pertumbuhan melambat, atau memang karena negara tersebut sedang mengalami resesi. Namun, diperkirakan tidak akan ada peningkatan dramatis dalam jumlah pengangguran. Konsensusnya adalah bahwa angka tersebut akan meningkat dari rata-rata 5% pada tahun 2022 menjadi 5,6% pada tahun 2023 dan 5,7% pada tahun 2024 di dunia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran di Indonesia hingga Agustus 2022 sebanyak 8,42 juta orang. Jumlah ini mengalami penurunan 0,02 juta orang jika dibandingkan dengan jumlah pengangguran di bulan Februari 2022.
Ketiga indikator pasar properti ini patut untuk diperhatikan pada tahun 2023. Pada indikator pertumbuhan ekonomi dan inflasi, Indonesia relatif baik dibandingkan dengan negara-negara di Dunia. Indonesia dinilai lebih siap untuk menghadapi resesi jika terjadi tahun 2023. Namun tingkat pengangguran Indonesia masih tidak sebaik negara APAC lainnya.
Penulis: Tristan Dimastyo Ramadhan
Sumber:
www.knightfrank.com
www.cnbcindonesia.com
www.merdeka.com
Artikel Terkait:
Tantangan dan Prospek Properti di Tahun 2023