Pasar properti residensial di kota-kota besar dunia terus menunjukkan dinamika menarik sepanjang kuartal ketiga tahun 2024. Berdasarkan laporan Prime Global Cities Index (PGCI) yang dirilis oleh Knight Frank, terdapat ragam perspektif mengenai kinerja properti mewah di berbagai kota utama dunia.
Dalam laporan tersebut, diketahui bahwa pasar properti residensial kelas atas di seluruh dunia mulai menunjukkan perlambatan yang signifikan. Knight Frank mencatat pertumbuhan tahunan harga properti mewah di 44 kota hanya sebesar 2,9%. Angka ini merupakan yang terendah sepanjang tahun ini dan jauh di bawah rata-rata 10 tahun terakhir sebesar 4,6%.
Namun, tidak semua kota mengalami perlambatan. Dari 44 kota, sebanyak 29 kota mencatat pertumbuhan harga tahunan positif. Dalam tiga bulan terakhir, Manila menunjukkan kenaikan harga properti mewah sebesar 4,6%, sedangkan secara tahunan, peningkatannya mencapai 29,2%, didorong oleh pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya kepercayaan konsumen.
Dubai, yang masih dalam masa transisi setelah pandemi, juga menunjukkan pola pertumbuhan berkelanjutan dalam mempertahankan pertumbuhan tahunan sebesar 16,9%, meskipun lajunya mulai melambat menuju pola yang lebih stabil.
Sementara itu, Jakarta hanya mencatat pertumbuhan harga sebesar 0,1% secara tahunan, menunjukkan perlambatan signifikan dibandingkan dengan kota – kota lain di Asia Tenggara seperti Bangkok (3,1%) dan Manila (29,2%). Beberapa kota besar lain, terutama di Asia seperti Shanghai dan Beijing, bahkan mencatat penurunan harga masing-masing sebesar 4,2% dan 3,3%.
Meskipun beberapa negara telah melakukan penyesuaian suku bunga selama beberapa kuartal terakhir untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, dampaknya terhadap pasar properti belum terasa sepenuhnya.
Pada Oktober 2024, Bank Sentral Eropa memotong suku bunga, yang diikuti oleh Federal Reserve AS pada September 2024. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi hambatan akibat suku bunga tinggi di pasar properti global. Pemangkasan lebih lanjut yang diprediksi terjadi pada November 2024 diyakini akan mendukung pemulihan pasar hingga 2025.
Jika tren ini berlanjut, tekanan dari suku bunga tinggi terhadap pasar properti diperkirakan akan semakin berkurang. Kota-kota dengan pertumbuhan ekonomi kuat, seperti Manila dan Dubai, kemungkinan akan terus mencatat kinerja positif, sementara kota-kota lain masih harus menghadapi tantangan ekonomi yang ada. Dengan prediksi pemangkasan suku bunga lebih lanjut, diharapkan pasar properti global menjadi lebih stabil dan kembali menunjukkan pertumbuhan positif dalam waktu dekat.
Penulis : Alivia Putri Winata
Sumber :
https://kfmap.asia/research/prime-global-cities-index-q3-2024/3603