Sektor keuangan, manufaktur dan pertambangan sering kali menduduki peringkat teratas dalam hal catatan laba bersih di berbagai laporan keuangan. Ketiga sektor ini memainkan peran penting dalam perekonomian Indonesia dengan kontribusi yang signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan penerimaan negara.
Arus laba bersih dari sektor – sektor ini pada dasarnya dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari kondisi ekonomi global, kebijakan pemerintah hingga tren pasar global.
Industri keuangan, khususnya perbankan, terus mencatat pertumbuhan stabil di Indonesia. Pada tahun 2023, Bank Rakyat Indonesia (BRI) mencatat laba bersih sebesar Rp60,4 triliun, disusul oleh Bank Mandiri dengan Rp55,1 triliun. Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya digitalisasi layanan keuangan serta perkembangan fintech.
Bank Indonesia melaporkan bahwa digital banking dan metode pembayaran QRIS berperan besar dalam mempertahankan margin keuntungan, bahkan di tengah pemulihan ekonomi pasca-pandemi.
Namun, kenaikan suku bunga global menjadi tantangan bagi sektor keuangan, karena dapat mempengaruhi pembiayaan dan kredit, yang berpotensi memperlambat pertumbuhan laba.
Sementara itu, sektor manufaktur berkontribusi sekitar 20% terhadap PDB Indonesia pada tahun 2023, dan menjadi salah satu tulang punggung perekonomian nasional. Sub-sektor makanan dan minuman, tekstil, serta produk kimia menyumbang pendapatan yang besar, didukung oleh permintaan domestik yang kuat akibat pertumbuhan populasi dan urbanisasi.
Meski begitu, tantangan seperti kenaikan harga bahan baku global dan gangguan rantai pasokan akibat konflik geopolitik dapat menekan marjin laba. Namun, upaya pemerintah memperkuat industri domestik melalui hilirisasi dan inovasi teknologi memberikan harapan positif untuk jangka panjang.
Sedangkan sektor pertambangan, khususnya batu bara, nikel, dan tembaga, menjadi pilar utama pendapatan negara saat ini, menyumbang lebih dari 10% terhadap PDB pada 2023. Batu bara mendominasi dengan kontribusi lebih dari 50%. Peningkatan harga komoditas global, khususnya nikel dan tembaga, mendongkrak laba perusahaan tambang.
Indonesia, dengan cadangan nikel terbesar di dunia, diuntungkan oleh kebijakan hilirisasi yang melarang ekspor bijih mentah. Pembangunan smelter dalam negeri meningkatkan nilai tambah ekspor. Namun, penurunan harga batu bara dan perlambatan ekonomi global, terutama di China, menjadi tantangan bagi pertumbuhan laba untuk sektor ini di tahun 2024.
Sektor keuangan, manufaktur, dan pertambangan tetap menjadi andalan dalam menghasilkan laba signifikan di Indonesia. Namun, untuk bertahan dalam dinamika global yang terus berubah, perusahaan di ketiga sektor ini perlu terus berinovasi dan beradaptasi terhadap kebijakan pemerintah serta dinamika tren pasar.
Nama Penulis : Alivia Putri Winata
Sumber :