Memasuki bulan kedua di tahun 2023, para pengembang perumahan mulai merilis produk-produk yang diperkirakan akan diminati konsumen pada tahun ini. Diharapkan sektor residential mampu melanjutkan daya tahan pertumbuhannya di tahun ini.
Kebutuhan rumah di Indonesia mencapai 12,71 juta dan didominasi oleh kawula muda. Setiap tahunnya terdapat 800.000 keluarga baru yang memiliki kemungkinan akan mencari rumah baru untuk menjadi tempat tinggal mereka.
Bank Indonesia (BI) masih memperpanjang pelonggaran rasio loan to value (LTV) KPR hingga akhir 2023. Hal tersebut bertujuan untuk memperbaiki kinerja KPR dan semakin mendorong pertumbuhan sektor properti.
Berdasarkan Chief Economist, The Indonesia Economic Intelligence, negara maju mengalami nominal harga properti yang tumbuh secara tajam namun secara riil harga justru turun. Perbedaan tersebut terjadi karena di negara maju, pembelian properti dilakukan atas motif investasi. Harga diharapkan naik saat dijual, mengingat inflasi yang tinggi yang terjadi di negara-negara maju. Tetapi demand yang rendah membuat ekonomi negara maju terhambat.
Para pengembang memasang target tinggi di tahun ini dengan didasari harapan sentimen positif dari masyarakat. Pengembang menargetkan Rp 800 miliar hingga Rp 1,8 triliun untuk marketing sales di tahun 2023. Target tersebut difokuskan kepada sektor perumahan berbentuk township yang memiliki demand yang tinggi terutama di Jabodetabek.
Sektor properti di Indonesia diproyeksikan akan mulai mengalami pertumbuhan di tahun 2023, didorong oleh permintaan perumahan oleh masyarakat. Selain itu, Pemerintah telah mengambil langkah-langkah untuk mendorong permintaan, termasuk memperpanjang rasio pinjaman terhadap nilai (LTV) untuk pinjaman rumah.
Penulis: Tristan Dimastyo Ramadhan
Sumber:
https://industri.kontan.co.id/news/
Artikel Terkait
Apakah Kenaikan Suku Bunga Mempengaruhi Penyaluran KPR dan KPA?
Apakah Investasi di Sektor Properti Masih Bisa Dilakukan Saat Ini?
