Melalui Data Centres The APAC Report, Knight Frank menyatakan bahwa ketertarikan investor terhadap sektor Data Center di Asia Pasifik sangat kuat. Hal ini terbukti melalui aliran investasi sebesar US$ 900 Juta pada Q1 - 2024, yang diprediksi akan terus bertumbuh sekitar 45% (yoy) pada tahun 2024, didorong oleh aktivitas di Jepang, yang menjadi salah satu pemain utama dalam sektor data center di Asia Pasifik.
Peningkatan permintaan terhadap data center di tahun 2024 umumnya didorong dari oleh penggunaan artificial intelligence (AI). Menurut penelitian salah satu lembaga riset, pada tahun 2027 pasar AI akan memiliki nilai sebesar US$ 407 Miliar, atau mengalami pertumbuhan yang signifikan dibanding tahun 2022 dengan nilai pasar sebesar US$ 86,9 Miliar. Pertumbuhan pasar ini pun juga dipengaruhi oleh peningkatan penggunaan AI dalam perusahaan.
Dalam perspektif global, adopsi AI masih didominasi oleh Tiongkok dan Amerika Serikat. Tiongkok memimpin dalam adopsi AI, dengan 58% perusahaan menerapkan AI dan 30% mempertimbangkan integrasi. Sebagai perbandingan, Amerika Serikat memiliki tingkat adopsi yang lebih rendah, dengan 25% perusahaan menggunakan AI dan 43% mengeksplorasi potensi aplikasinya.
Penggunaan artificial intelligence juga erat dengan performa data center. Dalam penerapannya, data center mampu menawarkan jasa seperti penyimpanan data, kekuatan komputasi, aksesibilitas cloud, dan pemrosesan data secara optimal. Beberapa data center juga memanfaatkan AI dalam operasionalnya, menurut Knight Frank hal ini ditemukan di beberapa kota di Asia Pasifik, salah satunya Jakarta.
Di Jakarta, DCI Indonesia mengumumkan bahwa akan ada pengembangan fasilitas AI berkapasitas 82MW. Tidak hanya di Jakarta, Knight Frank juga melihat pengembangan di India, Malaysia, dan Thailand, atau lokasi-lokasi dengan harga tanah dan listrik yang kompetitif, dengan potensi pasar yang prospektif.
Sehingga, secara umum pasar pusat data APAC saat ini tetap kuat, didorong oleh permintaan layanan digital dan pengembangan teknologi baru seperti AI, namun tantangan terkait pasokan daya listrik, pembangunan berkelanjutan, dan dinamika pasar perlu diatasi untuk memastikan pertumbuhan industri data center yang berkelanjutan.
Penulis: Lusia Raras
Sumber:
https://www.forbes.com/