Begitulah tajuk dari pembaruan kondisi pasar properti yang disampaikan oleh Christine Li, Head of Research, Knight Frank Asia Pacific.
AI (artificial intelligence) dan potensi pengembangannya, menjadikan sektor data center dan perkantoran menjadi beberapa sektor yang dilirik oleh investor properti di ranah global.
Sementara itu, kembalinya masa liburan setelah pandemi dan sedikitnya aset hotel premium menjadikan, investor memburu tempat potensial untuk pengembangan hotel.
Lalu, bagaimana radar tersebut dalam refleksi pasar properti di Indonesia, khususnya Jakarta?
Salah satu yang memiliki keselarasan dengan kondisi pasar properti yang berlaku di Indonesia saat ini adalah pertumbuhan data center.
Pada tahun lalu, sektor data center menjadi salah satu sektor yang signifikan menyerap ruang di kawasan industri. Setidaknya sekitar 33% lahan di kawasan industri di koridor Timur Jakarta terserap oleh sektor data center.
Tren ini juga telah bertahan dalam tiga tahun terakhir, mengindikasikan pertumbuhan yang terjaga dari infrastruktur data di dalam kawasan-kawasan industri di Greater Jakarta.
Walaupun tingkat penggunaan data Indonesia saat ini masih rendah, di bawah 1 watt per kapita dibandingkan 10-100 watts per kapita di negara-negara Asia lainnya, Indonesia menunjukkan potensi pertumbuhan yang substansial. Diantaranya terbukti dari penyerapan ruang data center yang tinggi di area kawasan industri Jabodetabek, dan menjadikan penyerapan data center sebagai yang paling aktif dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut Laporan Asia-Pacific Data Centres 2023, merebaknya kemunculan AI tahun ini telah mengirim gelombang kejut ke seluruh pasar data center global, dengan tingkat penyerapan yang menyentuh rekor dan peningkatan quantum yang dilaporkan di Amerika Serikat dengan Eropa dan Asia diperkirakan akan segera menyusul.
Indikasi-indikasi awal adalah pasar-pasar seperti Johor, Mumbai, dan Jakarta yang akan diuntungkan dari semakin berkembangnya AI dengan dukungan biaya tanah dan energi yang relatif masih terjangkau. Walaupun demikian, para operator harus secara proaktif mengkoordinasikan pendekatan-pendekatan mereka dalam melobi perusahaan untuk meningkatkan produksi energi, karena diperlukan produksi energi hingga bergiga-giga watt dan distribusinya di seluruh pasar data center utama untuk memenuhi permintaan ini.
Penulis : Syarifah Syaukat
Sumber:
https://www.dcbyte.com/knight-frank-quarterly-reports/
https://kfmap.asia/research/data-centres-the-apac-report/3144