Berdasarkan laporan The Wealth Report 2024 yang dirilis oleh Knight Frank Global, pada tahun 2025, diperkirakan 40% dari pengeluaran perusahaan akan diberikan untuk proyek-proyek yang berhubungan dengan AI (Artificial Intelligence).
Investasi besar terhadap AI akan mendorong lonjakan permintaan untuk kategori properti tertentu. Diperkirakan akan terjadi peningkatan permintaan yang signifikan untuk data centre, khususnya dengan adanya kampanye penghematan energi.
Di UK, Knight Frank mengestimasikan bahwa inovasi yang didukung dengan teknologi AI diduga akan menghasilkan lebih dari £400 miliar dalam nilai ekonomi tahun 2030. Menurut perusahaan Consulting Swasta asal UK, PDB diekspektasikan akan mengalami kenaikkan hingga lebih dari 10% untuk periode yang sama dalam kondisi normal.
Pemanfaatan AI dalam real estate dapat diwujudkan melalui berbagai cara. Sebagai contoh, Penilai Properti (appraisers) kini juga berkompetisi dengan Automated Valuation Models atau AVMs, yang menggunakan teknologi AI untuk menilai properti berdasarkan data yang diinput serta informasi digital. Selain itu, pengembang properti juga dapat memilih lokasi konstruksi berdasarkan saran dari AI yang memiliki spesialisasi di hyperlocal zoning regulations.
Terdapat banyak perusahaan real estate yang menggunakan AI untuk mempermudah, mengoptimalisasi, maupun mengefisienkan kerja perusahaan. Mulai dari perusahaan asal Chicago yang menggunakan AI untuk membangun “teknologi kognitif” untuk industri gadai.
Selain itu, perusahaan asal New York yang menggunakan conversational AI untuk menyediakan layanan 24/7 ke pelanggan, teknologi ini dapat mencocokan properti dengan profil calon pelanggan, menjadwalkan walk-in, dan melakukan follow-up bagi pelanggan berdasarkan informasi yang diperbarui secara konsisten.
Penulis: Defta Ina Mustika
Sumber :
The Wealth Report Knight Frank (2024)
https://www2.deloitte.com/
https://builtin.com/