Perlukah Alih Fungsi Bangunan Kantor menjadi Apartemen? | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia
Perlukah Alih Fungsi Bangunan Kantor menjadi Apartemen?
Thursday, 13 April 2023

Pandemi telah merubah gaya hidup manusia, salah satunya adalah cara kita bekerja. Perubahan tersebut tidak hanya ketika pandemi berlangsung, nyatanya setelah 3 tahun terakhir ini, beberapa perusahaan masih menerapkan work from home (WFH) atau tidak menerapkan work from office (WFO) sesering saat sebelum pandemi. Kondisi ini memberikan implikasi terhadap transaksi sektor properti perkantoran.

Menurut Stijn Van Nieuweburgh, professor real estate dari Columbia University menyebutkan bahwa, “What the city of the future might look like is a place where people love to live because they're just a lot of fun things to do. And so that requires sufficient housing”. Kota modern membutuhkan perumahan yang cukup terjangkau, perumahan yang mampu menampung orang lebih banyak daripada yang kita miliki saat ini. Jadi ada peluang nyata di sini untuk mengubah beberapa kantor ini menjadi apartemen.

Kita akan ambil kasus Amerika Serikat dalam hal ini. Di Amerika Serikat, terdapat ribuan bilik tua, ruang konferensi, pantry, dan kantin yang didiamkan menganggur. Ruang tersebut adalah ruang kosong yang sangat besar, hampir 13 persen dari pasar yang dapat diubah atau dikonversi menjadi apartemen dua kamar tidur, ritel besar, hotel butik, ruang kelas perguruan tinggi atau bahkan studio untuk seniman.

Namun terdapat tantangan yang berarti dalam mengalihfungsikan bangunan kantor menjadi apartemen, yaitu harga yang tidak murah. Alih fungsi menghabiskan $400 atau $500 per kaki persegi, atau bisa dibilang lebih mahal dibandingkan membangun bangunan baru.

Meskipun banyak tantangan untuk melakukan alih fungsi, namun terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukannya. Seperti melibatkan pemerintah lokal dan pemangku kepentingan untuk mengatasi hambatan regulasi, mengembangkan solusi pembiayaan kreatif, dan melakukan analisis pasar menyeluruh untuk memastikan permintaan unit hunian baru.

Selain itu, pentingnya desain dan konstruksi yang matang juga harus diperhatikan, termasuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan kebisingan dan privasi serta menggabungkan ruang dan fasilitas luar ruangan sebagai sarana yang dapat dimanfaatkan bersama.

 

Penulis: Tristan Dimastyo Ramadhan

Sumber:

www.vox.com

www.nytimes.com

www.urbanland.uli.org

 

Artikel Terkait

Nasib Perkantoran Jakarta di Tengah Kebijakan Hybrid Working

Strategi Transformasi Fungsi Gedung Pemerintahan yang Kosong

Share:
Back to Blogs