Artificial Intelligence atau AI merujuk pada program komputer yang dirancang untuk meniru kecerdasan manusia, termasuk kemampuan pengambilan keputusan, logika, dan karakteristik kecerdasan lainnya. Menurut McKinsey, AI atau khususnya generative AI mampu menambah US$ 2,6 Miliar hingga US$ 4,4 miliar terhadap nilai ekonomi setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan kemampuan dari generative AI bisa membuat data baru berdasarkan pengenalan pola dan batasan dalam data yang ada. Kemampuan ini sudah banyak dimanfaatkan di beberapa sektor bisnis lainnya, tanpa terkecuali pada sektor properti.
Karena perkembangan dari teknologi dan juga peningkatan komitmen untuk misi sustainability, saat ini penerapan generative AI pun juga dimanfaatkan untuk menerapkan ESG di sektor properti. Sebagai gambaran, menurut Jakarta Property Highlight 1H 2023 oleh Knight Frank Indonesia, diketahui bahwa terdapat 16 gedung perkantoran di CBD Jakarta yang tergolong sebagai green building. Dimana 56% dari gedung tersebut merupakan gedung perkantoran dengan grade premium. Sehingga, secara umum penerapan ESG di Indonesia sendiri bukanlah hal yang asing, namun memang sudah tersegmentasi sesuai dengan tangkapan pasar dari gedung perkantoran tersebut.
Melihat kondisi ini, Knight Frank menilai bahwa generative AI mampu meningkatkan penerapan ESG di sektor properti saat ini. Berikut beberapa manfaatnya:
1. Mengoptimalkan pemanfaatan gedung, membantu transaksi dan sertifikasi
Mengoptimalkan penggunaan gedung akan sangat penting bagi pemilik dan penghuni untuk mencapai sasaran net zero emission dan mengurangi biaya. Evaluasi pemanfaatan dan keberlanjutan bangunan telah menerapkan teknik AI selama beberapa tahun ini, dan adopsi dan penerapannya semakin meningkat. Dengan memasang perangkat pada sistem manajemen gedung (BMS), AI dapat menganalisis data hunian, konsumsi energi, limbah, dan penggunaan air untuk memberikan wawasan bagi pengelolaan ESG. Implementasi ini dapat mengoptimalkan konsumsi energi dengan menganalisis pola, mengidentifikasi inefisiensi dan menyarankan langkah-langkah penghematan energi yang akan mengurangi biaya, limbah, dan emisi. Kemungkinan optimasi yang ditingkatkan, dipantau dan dikelola oleh AI, memungkinkan perubahan yang lebih cepat jika penggunaan bangunan berubah dan dapat menjadi penting dalam memastikan bahwa bangunan yang mendukung net zero mencapai tingkat efisiensi yang dirancang.
2. Pengumpulan data untuk potensi pelaporan
Perusahaan dan entitas tunduk pada lebih banyak persyaratan pelaporan ESG, baik dari sudut pandang peraturan maupun dari pemangku kepentingan. Terlepas dari standar kerangka pelaporan mana yang diperlukan, AI dapat menyederhanakan pengumpulan metrik, mengurangi biaya untuk melakukan hal tersebut, dan membantu menstandardisasi pelaporan. Menurut perkiraan, hingga 90% data yang dihasilkan secara global setiap hari tidak terstruktur – misalnya dokumen, gambar, video, audio, dan media sosial – dan tidak seragam. Dalam pengungkapan ESG yang berbeda-beda, beberapa metrik yang konsisten harus dikumpulkan dimana manfaat penggunaan AI untuk menyisir data yang tidak terstruktur guna mengidentifikasi dan mengumpulkan data yang relevan menjadi jelas.
3. Membantu penerapan sisi sosial dari real estate
AI dapat mengidentifikasi praktik terbaik mengenai apa yang harus diukur melalui analisis pertanyaan, persyaratan, laporan perusahaan, dan banyak saluran lainnya. Algoritme AI dapat mengevaluasi aset real estat dan dampak proyek pembangunan terhadap sosial dan komunitas dengan menganalisis sumber data dan memberikan wawasan tentang kebutuhan, harapan, dan kekhawatiran komunitas. Hal ini dapat digunakan untuk mengurangi potensi dampak buruk dan mengembangkan serta meningkatkan aspek positif. Selain itu, strategi komunikasi efektif yang difasilitasi oleh algoritma AI membangun kepercayaan anggota komunitas dan memastikan keterlibatan mereka dalam pengambilan keputusan.
Penulis: Lusia Raras
Sumber:
https://kfmap.asia/blog/pemanfaatan-ai-di-real-estate-bisakah/2635