Bencana gempa bumi berkekuatan 5,6 magnitudo yang melanda wilayah Cianjur turut dirasakan di sejumlah wilayah di sekitarnya, termasuk wilayah Jabodetabek. Mengingat banyaknya kuantitas gedung pencakar langit di wilayah urban, bencana ini menjadi pengingat terhadap pentingnya sertifikasi tahan gempa di Indonesia.
Perlu dipahami bahwa bangunan yang runtuh karena struktur yang lemah adalah penyebab utama kematian akibat gempa, dan bangunan tahan gempa sangat bermanfaat saat gempa. Investasi terhadap infrastruktur yang tahan gempa juga patut dijadikan prioritas oleh Indonesia, mengingat pada tahun 2018 Indonesia mengalami kerugian sebesar US$ 2,7 Miliar dari bencana gempa bumi.
Terdapat dua gedung komersial di Jakarta yang sudah menerapkan teknologi seismic proof yang dimiliki. Kedua gedung tersebut memakai teknologi belt truss system, yang mana hal ini merupakan teknologi seismic proof yang sudah banyak diadopsi di Jepang dan Amerika Serikat.
Sistem belt truss merupakan sistem yang menghubungkan dinding inti dan bingkai perimeter untuk mengurangi getaran dan perpindahan dalam bangunan, biasanya menggunakan baja, rubber, atau kayu. Kedua bangunan komersial tersebut itu juga memiliki refuge floor, di mana para pekerja dapat berlindung dalam situasi bencana yang ekstrem. Karena sistem rangka sabuk terletak di lantai perlindungan, mereka mendapat perlindungan tambahan.
Selain sistem belt truss, teknologi lain yang tangguh terhadap bencana gempa bumi untuk sektor properti non-komersial adalah rumah RISHA. Rumah RISHA sendiri awalnya dikenalkan pada tahun 2015, guna menjawab kebutuhan hunian korban tsunami Aceh. Rumah RISHA dapat dikatakan tahan terhadap gempa karena menggunakan sistem knock down atau prefabrikasi.
Melalui sistem tersebut, rumah tidak disambung menggunakan batu bata atau semen, melainkan menggunakan panel. Sehingga rumah lebih fleksibel dalam menyerap getaran gempa bumi. Teknologi tersebut pun juga tidak terbatas pada hunian saja, namun juga dapat dimanfaatkan oleh sekolah dan fasilitas sosial lainnya. Keunggulan teknologi ini pun telah terbukti, dimana pada gempa Cianjur lalu, beberapa sekolah yang dibangun menggunakan teknologi yang mirip dengan RISHA hanya mengalami kerusakan ringan dengan struktur yang masih baik.
Melihat pentingnya teknologi tersebut untuk diadopsi di Indonesia, beberapa cara seperti sertifikasi dan audit bangunan pun telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Kedua cara tersebut pun membuka peluang investor asing terhadap pembangunan gedung komersial di Indonesia, yang mana tentunya akan memiliki long term effect terhadap bangunan di Indonesia.
Penulis: Lusia Raras
Sumber:
Artikel Terkait:
Menyikapi Properti Pada Daerah Rawan Bencana
Rumah Prefabrikasi, Apakah akan Menjadi Masa Depan Pembangunan Rumah di Pasar Hunian?