ESG (Environmental, Social, Governance) merupakan tiga pilar penting dalam menilai performa bisnis properti saat ini. ESG digunakan sebagai indikator pelaporan aktivitas non-financial dari suatu produk yang diinvestasikan (pengembangan properti). ESG juga dapat digunakan untuk mengklasifikasi resiko berinvestasi di suatu bangunan. Dimana, semakin tinggi skor ESG maka pengembangan properti dinilai less risk bagi investor.
Konsep ESG juga erat dikaitkan dengan isu keberlanjutan atau sustainable development goals. Hal ini dapat ditemukan dalam riset yang dilakukan oleh World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), 40% emisi gas rumah kaca berasal dari aktivitas konstruksi. Yang berarti aktivitas konstruksi berdampak besar terhadap isu perubahan iklim.
Berangkat dari pemahaman tersebut, ditemukan bahwa para investor pun mulai menerapkan konsep ESG dalam menilai investable products. Menurut The Wealth Report 2022 yang dirilis oleh Knight Frank, 4 dari 5 UNWHI tertarik pada investasi properti yang menerapkan konsep ESG. Melihat adanya momentum tersebut, pengembang properti sebaiknya mulai menginisiasi penerapan ESG dalam proyeknya.
Kesadaran akan ESG dalam bisnis properti pun dapat ditemukan di Indonesia. Mengutip The Wealth Report 2022, penerapan sustainable water and energy dalam bangunan menjadi salah satu magnet bagi investor properti. Penerapan ESG dalam pengembangan suatu properti sebenarnya dapat dilakukan melalui sertifikasi green building. Berdasarkan lembaga Jakarta Green Building, beberapa persyaratan bangunan gedung hijau untuk bangunan eksisting adalah :
1. Konservasi dan efisiensi energi
Konservasi dan efisiensi energi dilakukan melalui pemanfaatan sumber energi terbarukan seperti udara dan sinar matahari ke dalam operasional bangunan. Sebagai contoh, menggunakan material yang menghasilkan energi pembuangan rendah dan memanfaatkan sinar matahari sebagai pembangkit listrik dan penerangan natural
2. Konservasi dan efisiensi air
Konservasi dan efisiensi air dapat dilakukan melalui manajemen pasokan air agar tidak berlebihan, dan pengelolaan air yang ramah lingkungan
3. Kualitas udara dalam ruang dan kenyamanan termal
Pengaturan terhadap kualitas udara dalam ruang penting untuk dilakukan. Sejak adanya pandemi, sistem sirkulasi di dalam ruang berpengaruh terhadap penyebaran virus. Adanya sirkulasi yang baik dan suhu yang sesuai, dapat menciptakan kenyamanan dan keamanan bagi pengguna gedung.
4. Manajemen operasional/pemeliharaan
Melakukan pengecekan operasional atau pemeliharaan yang rutin merupakan salah satu cara untuk menjamin penerapan ESG dalam bangunan.
Peningkatan kesadaran dan tingginya peluang investasi dalam penerapan ESG dapat menjadi salah satu momentum mencapai pembangunan berkelanjutan yang mencerminkan komitmen pengembang properti dan investor untuk turut serta memelihara lingkungan dimulai dari pengelolaan kawasannya.
Penulis: Lusia Raras
Sumber:
www.knightfrank.com
https://environesia.co.id/
www.dmagazine.com
https://americas.uli.org/