Peningkatan Polusi di Jakarta, Apakah Berdampak ke Sektor Properti? | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia
Peningkatan Polusi di Jakarta, Apakah Berdampak ke Sektor Properti?
Wednesday, 16 August 2023

Beberapa minggu terakhir, media sosial dibanjiri dengan berita terkait nilai indeks polusi udara di Jakarta. Menurut salah satu lembaga riset yang berbasis di Swedia, indeks polusi udara di Jakarta merupakan salah satu indeks tertinggi secara global. Per tanggal 15 Agustus 2023, indeks air quality di Jakarta adalah 167, dengan nilai polutan PM 2,5 yang lebih tinggi 17 kali dari standar kesehatan WHO.

Polusi udara umumnya disebabkan oleh sisa pembakaran bahan bakar fosil maupun limbah dari kegiatan industri. Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa pada bulan Februari 2023, jumlah pekerja yang melakukan komuter menuju Jakarta mencapai 7,18 juta orang per hari. Sedangkan, menurut Dishub DKI Jakarta jumlah penumpang transportasi umum di DKI Jakarta hanyalah 3,6 juta orang per hari. Kurangnya kapasitas transportasi umum membuat pekerja menggunakan kendaraan pribadi dalam commuting, dan akhirnya berkontribusi dalam peningkatan polusi udara di Jakarta.

Lalu, bagaimana kaitannya dengan sektor properti?

Menurut Tom Kauko, physical environment menjadi salah satu sub aspek yang berpengaruh dalam penetapan nilai properti, khususnya hunian. Physical environment ini termasuk mengenai building efficiency, closeness to nature, scenery, dan satisfaction with living. Hal ini pun juga terefleksi dalam perilaku pembeli pada skala regional, Asia Pasifik.

Menurut Global Buyer Survey 2021 yang dirilis oleh Knight Frank Asia Pacific, responden dari Asia mengungkapkan bahwa kualitas udara yang baik (78%) dan dekatnya hunian dengan taman (72%) menjadi salah satu preferensi mereka dalam memilih lokasi hunian.

Kualitas udara terhadap harga properti juga cukup berkaitan. Dari penelitian di Inggris, ditemukan bahwa tingginya polusi udara mampu mengoreksi nilai properti sebesar 15% lebih rendah dari properti yang berada di lokasi dengan kualitas udara yang baik.

Sementara itu, adfa laporan lain mengungkapkan bahwa, setelah mempelajari data dari 85 kota di Tiongkok , tingkat PM10, pendapatan, dan aktivitas ekonomi, para peneliti menyimpulkan bahwa kesediaan untuk membayar udara bersih meningkat sekitar 2,8 kali lipat jika rata-rata penduduk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Rumah tangga di kota-kota besar 3 kali lebih bersedia membayar untuk udara bersih di Tiongkok.

Hal ini menunjukkan bahwa kualitas udara yang baik menjadi salah satu preferensi pembeli hunian saat ini. Bagi beberapa pengembang yang telah memiliki produk di kota-kota yang terindikasi memiliki polusi udara yang tinggi, beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat pembelian adalah dengan mengadopsi konsep green and sustainable housing untuk mengurangi emisi karbon dan menjamin kenyamanan dan kesehatan pemilik hunian tersebut.

 

Penulis: Lusia Raras

Sumber:

Global Buyer Survey 2021 - The Asia Pacific Supplement

https://databoks.katadata.co.id

www.sciencedirect.com

blog.breezometer.com

 

Artikel Terkait

Tren Environmental Sustainability Telah Mewarnai Perspektif Konsumen Properti

Temuan Utama dalam Global Buyer Survey 2021

Saatnya Beralih ke Hunian Ramah Lingkungan

Share:
Back to Blogs