Menurut laporan Jakarta Property Highlight dari Knight Frank Indonesia, saat ini tingkat vacancy ruang kantor di CBD Jakarta berkisar 25,6% dari total pasokan yang ada. Sejalan dengan itu, Christine Li, Head of Research dari Knight Frank Asia Pasifik, menemukan bahwa para penyewa gedung perkantoran atau occupier, saat ini sedang dalam proses untuk melakukan re-densification.
Proses ini dilakukan untuk memadatkan penggunaan gedung perkantoran, karena kondisi yang kembali normal setelah pandemi. Sementara itu, tingkat vacancy rate di Jakarta ini perlu dijadikan sebagai sinyal kewaspadaan terhadap potensi pertumbuhan underused office building.
Underused office building didefinisikan sebagai gedung perkantoran yang memiliki tingkat vacancy yang cukup tinggi, ataupun gedung perkantoran yang sudah tidak memiliki occupier.
Masih menurut Christine Li, pertumbuhan underused pada properti selain disebabkan oleh pandemi, juga dapat berlanjut karena beberapa faktor, seperti:
Setelah memasuki masa pasca pandemi, ditemukan juga beberapa pengelola gedung perkantoran melakukan retrofitting untuk menyesuaikan dengan kebutuhan pengguna pasca pandemi. Salah satu jenis retrofitting dan repurposing yang banyak dilakukan adalah melalui konsep adaptive reuse.
Adaptive reuse adalah konsep penggunaan kembali bangunan, dengan tujuan utamanya untuk memperpanjang masa manfaat bangunan seiring dengan berkembangnya kebutuhan masyarakat dan teknologi. Dalam aspek arsitektur, penggunaan kembali adaptif mengacu pada penggunaan kembali struktur yang ada untuk penggunaan baru, seperti mengubah bangunan kosong menjadi sekolah, taman umum, kantor, atau apartemen.
Penerapan konsep tersebut pada gedung perkantoran pun banyak ditemukan di beberapa lokasi. Mengutip dari Frame Magazine, salah satu proyek adaptive reuse yang berhasil adalah Quay Quarter Tower (QQT) di Sydney.
Bangunan ini sudah berdiri sejak 50 tahun yang lalu dan dibangun kembali ketika fungsinya tidak lagi memenuhi kebutuhan penggunanya. Rancangan yang dihasilkan mempertahankan 95 persen inti menara yang ada dan 65 persen balok, kolom, dan pelat menara sebelumnya, sehingga menghemat 12.000 ton emisi karbon. Pendekatan sirkular terhadap transformasi QQT menunjukkan bahwa transformasi tidak memerlukan pembongkaran. Konsep ini dapat menggunakan kembali ruang secara berkelanjutan – bahkan ruang yang awalnya tidak dibangun untuk diubah di masa depan – agar sesuai dengan perubahan kebutuhan pengguna termasuk di tempat kerja.
Bagi Anda yang tertarik untuk memanfaatkan bangunan gedung perkantoran yang vacant melalui konsep adaptive reuse, Knight Frank Indonesia menawarkan peluang untuk berinvestasi melalui gedung berikut https://kfmap.asia/services/general-agency/commercial/sale/Office-Building-Central-Jakarta
Penulis: Lusia Raras
Re-densification for a more efficient office footprint (knightfrank.com)
https://www.autodesk.com/design-make/articles/adaptive-reuse
https://frameweb.com/article/work/these-4-adaptive-reuse-office-spaces-are-paving-the-future-of-workhttps://business.cornell.edu/hub/2023/07/06/adaptive-reuse-converting-empty-office-space-housing-viable/
https://thefifthestate.com.au/innovation/rating-tools/stars-a-new-toolkit-to-underused-space/