Knight Frank merilis riset dengan judul ESG Property Investor Survey Q3 2023, dimana dalam laporan tersebut terungkap minat investor untuk melakukan diversifikasi portofolionya, khususnya untuk penerapan maupun produk yang berbasis ESG di Eropa. Riset ini dilakukan terhadap 45 investors, memiliki aset sebesar £300 miliar (Rp 5,65 triliun) dibawah manajemen mereka. Dari 45 responden tersebut, 60% investor melakukan investasi di sektor perkantoran, kemudian diikuti oleh sektor logistik, multi-sectors, living sectors, dan terakhir adalah retail.
Dari hasil survei ini terdapat beberapa key insights yang didapatkan, yaitu:
1. Investor meminimalkan resiko dan menerapkan strategi untuk mencapai Net-Zero Goals
Dari seluruh investor, 74% menggunakan analisa CRREM (Carbon Risk Real Estate Model) untuk portofolio mereka saat ini, dan lebih dari separuh memerlukannya untuk due diligence pasca akuisisi. Analisa CRREM sendiri merupakan alat pemodelan yang menilai reduksi emisi suatu aset untuk mencapai net-zero emission. Hal ini akan membantu investor mengurangi risiko dan mencapai tujuan net zero. Selain itu, lebih dari setengahnya memerlukan analisa CRREM sebelum membeli aset baru untuk melihat pengaruhnya terhadap kinerja portofolio secara keseluruhan.
2. Peningkatan Due Diligence terhadap ESG sebagai standar dalam proses akuisisi
Survei tersebut mengungkapkan bahwa 61% memerlukan laporan EPC Plus/ Pathway sebelum akuisisi sebagai persiapan peraturan yang akan datang untuk memahami tindakan apa, jika ada yang diperlukan untuk mencapai persyaratan minimum yang diusulkan. Laporan EPC Plus/ Pathway merupakan Energy Performance Certificate Report yang memungkinkan investor untuk menilai efisiensi pemanfaatan energi di suatu properti. Penilaian ini bagi investor dapat digunakan sebagai alat untuk memahami tingkat belanja modal yang diperlukan agar bangunan tersebut memenuhi standar peraturan.
3. Peningkatan efisiensi dari properti menjadi tujuan utama dari investor
Sebanyak 58% dari responden memiliki preferensi untuk mencari properti dengan nilai EPC yang rendah, sehingga dana yang diinvestasikan bisa digunakan untuk melakukan refurbishing dan repurposing dalam portofolio mereka. Beberapa investor juga sudah membuat impact fund untuk menerapkan strategi ini. Impact fund sendiri mengambil imbal hasil atau financial return dari impact yang diberikan aset tersebut terhadap aspek sosial, keberlanjutan, dan governance.
Dari beberapa key insights tersebut dapat dipahami bahwa para investor juga turut berkontribusi dalam pencapaian dari net-zero emission goals secara global.
Di Indonesia sendiri, khususnya di Jakarta, Knight Frank Indonesia mencatat terdapat pertumbuhan pasokan gedung perkantoran berbasis ESG di awal tahun ini meningkat sebesar 15% dibandingkan semester kedua tahun 2022. Pertumbuhan pasokan ini juga diikuti dengan peningkatan permintaan dari specific tenant khususnya MNC. Tentunya capaian ini juga merupakan bukti positif terhadap penerapan ESG di subsektor perkantoran, meski untuk mencapai hasil yang signifikan, perjalanan dan capaian ini masih dalam fase permulaan.
Penulis: Lusia Raras
Sumber;
https://kfmap.asia/blog/pertumbuhan-perkantoran-hijau-di-cbd-jakarta/2672
Artikel Terkait: