Work From Home (WFH) berdasarkan sejarahnya telah dimulai sejak tahun 1970-an. Kondisi 'traffic apocalypse' telah menginspirasi Jack Niles untuk mengemukakan wacana mirip seperti WFH saat ini, yaitu bekerja lebih dekat dengan rumah. Niles mengemukakan konsep telecommuting sebagai opsi alternatif dalam menjawab kemacetan dan kepadatan di perkotaan.
Wacana ini sejalan dengan penemuan satelit untuk teknologi internet dan komunikasi, namun Niles menyebutkan bahwa telecommuting tidak hanya terkait implementasi teknologi, namun juga terkait pengelolaan pola dan budaya kerja. Saat ini, pandemi telah membuat pola ini kembali semakin populer.
Di masa pandemi, WFH kembali menjadi opsi utama dalam pola kerja. Pada tengah tahun 2020, Knight Frank Indonesia pernah melakukan survey terkait WFH, yang mengungkap beberapa opini, diantaranya dominasi preferensi pekerja (68%) untuk kembali ke kantor dengan pola hybrid di tengah pandemi. Tidak sedikit (55%) menyebutkan bahwa kehadiran di kantor bertemu kolega mampu membawa optimisme kerja.
Sementara itu, dalam publikasi Knight Frank Global disebutkan bahwa, survey di UK menunjukan 80% pekerja sangat excited untuk kembali ke kantor dan merindukan untuk berinteraksi dengan koleganya. Namun disurvey lain, 46% pekerja di UK mengaku nervous untuk kembali ke kantor mengingat padatnya situasi kantor.
Sedangkan dalam survey di US, 86% pekerja menyebutkan bahwa kolaborasi dengan tim adalah alasan utama ingin kembali ke kantor.
Work From Office (WFO) dengan pertemuan tatap muka di ruang kantor tetap menjadi kebutuhan, karena ruang ini mampu membangun komunikasi dan interaksi tatap muka yang bermakna sehingga tercipta kolaborasi dan produktivitas antar pekerja, dengan membagi semangat, empati, humor, kreativitas dan inovasi melalui ruang-ruang kerja yang inspiratif dan fleksibel.
Lalu, akankah WFH berlanjut tahun depan di tengah pandemi yang masih membayangi?
Pilihan ini sangat tergantung dengan bentuk dan pola adaptasi terhadap pandemi. Namun terlepas dari pandemi, pada dasarnya WFH memberikan opsi operasional kerja bagi ekosistem perusahaan dengan profil yang sesuai dengan WFH.
Sebelum menetapkan pola kerja, Anda perlu menganalisa spektrum ekosistem bisnis perusahaan Anda, dan kenali apakah hybrid adalah pilihan terbaik dibandingkan WFH, WFO, atau nomad. Cek detil artikel ini How to Implement a Hybrid Working Framework.
Pola hybrid atau blended sepertinya masih akan menjadi semakin popular di tahun depan untuk mengakomodasi antara kebutuhan WFO dan WFH.
Knight Frank Global melansir baru-baru ini, dari 400 perusahaan global yang disurvey terungkap bahwa, 9 dari 10 perusahaan akan memberlakukan pola hybrid. Meski demikian uncertainty masih membayangi, hal ini terungkap dari 68% responden yang belum menetapkan rencana kedepan.
Untuk mengantisipasi kesehatan jiwa dan raga dalam kemungkinan perpanjangan WFH, maka jangan lupa untuk memperhatikan: pisahkan ruang dan waktu untuk kerja dan kehidupan pribadi, tetap disiplin untuk setiap rutinitas seperti sarapan, jangan lupa banyak bergerak untuk stretching, ciptakan ruang biophilia karena akan mengurangi stress, upayakan tatap muka melalui teknologi, jangan bawa kepanikan kerja ke rumah, kendalikan fikiran dan emosi dengan bijak, dan jangan lupa nikmati semua fase kerja.
Penulis : Syarifah Syaukat
Sumber:
www.knightfrank.uk
www.knightfrank.com