Rumah tidak hanya menjadi tempat tinggal, tapi juga menjadi aset investasi, asumsi ini juga berlaku di kalangan milenial. Millennial ada kelompok usia produktif yang lahir periode tahun 1981-1996, kelompok usia ini mengisi 25,87% dari komposisi penduduk di Indonesia saat ini.
Dengan rentang usia pada kisaran 24-39 tahun, memang milenial menjadi konsumen potensial bagi berbagai lini bisnis, termasuk properti.
Dalam publikasi Knight Frank Global yang berjudul Asia Pacific Residential Review, disebutkan bahwa meski masih dalam masa pandemi, namun performa residensial di semester kedua tahun 2021 nyatanya lebih baik dibanding semester sebelumnya. Rerata kenaikan harga residensial di semester ini mencapai 9,1% YoY. Angka ini bahkan naik 6,4% dari rerata harga semester lalu, dan kenaikan ini diperkirakan berlanjut di sebagian besar kota di Asia Pasifik, termasuk Jakarta.
Peningkatan harga rumah yang terjadi ini dinilai menjadi salah satu faktor mengapa milenial merasa sulit untuk memiliki rumah. Ketika milenial tidak segera atau memprioritaskan pendapatannya untuk melakukan investasi properti (rumah), maka harga rumah akan terus di kemudian hari.
Millennial adalah kelas usia potensial sebagai konsumen properti, yang umumnya merupakan tergolong end user. Namun, memang berdasarkan penelitian terungkap bahwa kelompok usia milenial kerap mengeluarkan konsumsi untuk gaya hidup seperti gadget, pakaian, makanan dan minuman, traveling, leisure, dan hobi.
Padahal di usia milenial, kucuran transaksi dana kredit perbankan relative lebih mudah, dengan tenor yang lebih panjang, misal untuk produk properti.
Saat ini adalah masa yang tepat untuk membeli rumah, hal ini karena para pengembang masih menawarkan berbagai promo, dan ada perpanjangan insentif PPN DTP sampai 9 bulan kedepan.
Selain itu, di pasar sekunder, koreksi harga rumah cukup tinggi, artinya banyak rumah yang dijual dengan harga miring (terutama di segmen menengah ke atas), diantaranya karena pemilik rumah membutuhkan dana segar dalam waktu cepat.
Untuk melakukan transaksi properti, milenial memiliki alternatif untuk mengakses Kredit Kepemilikan Rumah (KPR), selain cara pembayaran tunai. Karena umumnya, dalam profil keuangan milenial dengan pendapatan tinggi ataupun tabungan belum dapat memenuhi untuk melakukan transaksi secara tunai, sehingga KPR menjadi alternatif.
Namun perlu diperhatikan, bahwa KPR memerlukan konsistensi jangka panjang dalam pengelolaan keuangan. Jika memiliki pergeseran keinginan ditengah masa kredit, maka ada konsekuensinya. Untuk itu, yuk para milenial jangan galau, segera tetapkan pilihan propertimu!.
Penulis : Syarifah Syaukat
Sumber:
www.bps.go.id
KFMap.asia
www.tirto.id