Dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia, peningkatan kualitas dan efisiensi konstruksi menjadi tantangan yang terus berkembang. Salah satu inovasi yang semakin populer adalah penggunaan Geofoam Expanded Polystyrene (EPS) sebagai bahan material dalam beberapa proyek infrastruktur.
Geofoam EPS adalah bahan material ringan yang terbuat dari Expanded Polystyrene (EPS) atau busa polistirena yang diperluas. Proses produksi Geofoam melibatkan pengembangan polistirena dengan gas sehingga membentuk sel-sel tertutup di dalamnya. Bahan ini memiliki berat ringan, kisaran 15 hingga 25 kg/m³, yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan material konstruksi tradisional seperti tanah, beton, atau aspal.
Penggunaan Geofoam EPS dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia menawarkan sejumlah manfaat yang signifikan, diantaranya sebagai berikut :
1. Reduksi Beban pada Struktur Bawah: Karena bobotnya yang ringan, Geofoam EPS mengurangi beban yang harus ditanggung oleh struktur bawah bangunan atau jalan. Hal ini mengurangi kebutuhan akan dukungan yang kuat dan rumit pada lapisan bawah infrastruktur.
2. Peningkatan Kecepatan Konstruksi: Penggunaan Geofoam EPS memungkinkan pemasangan yang lebih cepat dan mudah dibandingkan dengan material konstruksi konvensional. Berat ringannya memudahkan transportasi dan penanganan saat pemasangan.
3. Perbaikan Stabilitas dan Penyerapan Guncangan: Geofoam EPS memiliki karakteristik yang baik dalam menyerap energi guncangan, sehingga dapat meningkatkan stabilitas dan ketahanan infrastruktur terhadap gempa bumi dan beban lateral lainnya.
4. Ramah Lingkungan: Geofoam EPS merupakan bahan daur ulang yang ramah lingkungan karena terbuat dari polistirena yang dapat didaur ulang. Penggunaannya membantu mengurangi limbah konstruksi dan dampak lingkungan negatif.
5. Mengurangi Penggunaan Tanah Timbunan: Dalam proyek-proyek yang memerlukan pengisian tanah, Geofoam EPS mengurangi volume tanah yang diperlukan untuk mencapai tinggi atau elevasi yang diinginkan.
Melihat manfaat tersebut, saat ini teknologi geofoam EPS pun dilakukan untuk perbaikan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu). Mengutip salah satu akun media sosial dari Kementerian PUPR, bahwa kondisi Jalan Tol Cisumdawu teridentifikasi memiliki ‘tanah labil’ di Seksi 5A, Legok—Ujung Jaya (14,9KM), sehingga untuk mengantisipasi terjadinya tanah longsor, pemerintah pun menggunakan teknologi geofoam EPS berkepadatan tinggi.
Pemanfaatan geofoam EPS pun dapat menjadi salah satu jawaban untuk pengembangan infrastruktur di Indonesia, di tengah peningkatan harga dari bahan produksi dan topografi wilayah yang umumnya terdiri dari tanah aluvial atau endapan.
Penulis: Lusia Raras
Sumber:
www.kompas.com
www.sindonews.com
Artikel terkait: