Konsep hunian co-living sudah mulai terdengar beberapa tahun belakangan ini. Konsep tinggal bersama beberapa orang lain dalam satu atap sebagai suatu komunitas ini sudah mulai masuk ke Indonesia, khususnya Jabodetabek dan Bali. Tren ini tentu membawa berbagai dampak jika dilihat dari konsepnya. Namun, masih terdapat batas yang tipis bila dibandingkan dengan indekost yang tentunya sudah sangat familiar di telinga kita. Meskipun banyak yang mengkategorikan co-living sebagai salah satu penerjemahan dari indekost ala Barat. Namun masih terdapat perbedaan bila dibandingkan dengan rumah kos yang biasanya ditempati. Berikut ini perbedaannya :
Biasanya, pada co-living bangunan yang digunakan merupakan bangunan yang memang dirancang khusus untuk konsep tersebut. Mulai dari rumah dengan banyak ruang publik, sampai apartemen pun dapat dibuat menjadi co-living. Berbeda dengan indekost yang dalam bangunannya masih banyak yang menggunakan rumah tinggal yang berisikan beberapa kamar.
Hal lain yang juga menarik ialah lokasi co-living yang berada di beberapa lokasi strategis dan pinggir jalan besar, berbeda dengan indekost yang umumnya berada di jalan lokal atau lingkungan.
Sesuai dengan konsep, desain yang ditawarkan untuk co-living cenderung lebih update dan banyak melibatkan area fungsional. Karena biasanya konsep co-living lebih ditujukan pada generasi milenial dengan teknologi yang juga mumpuni.
Untuk rumah indekost, desain yang digunakan cenderung mengikuti konsep bangunan rumah pada umumnya. Meskipun ada yang dirancang dengan desain mewah dan modern, namun tentu masih ada perbedaan yang jelas terasa bila dibandingkan dengan co-living yang mengedepankan konsep hidup berkomunitas.
Tentu, pada akhirnya yang sangat terasa dari perbedaan co-living dan indekost adalah kondisi lingkungan hunian. Sesuai dengan tujuan konsep tersebut dibangun, co-living yang lebih mengedepankan hidup secara bersama-sama membentuk suatu komunitas tentu lebih memiliki banyak interaksi dalam keseharian penghuni yang satu dengan yang lain. Tidak jarang keakraban lebih terasa dalam situasi co-living.
Lain halnya dengan co-living, indekost tidak terlalu memiliki situasi lingkungan yang sama meskipun masih terdapat beberapa fasilitas bersama yang dapat digunakan. Penghuni kos pada umumnya cenderung hidup lebih individual dan bahkan tidak kenal satu sama lain, sehingga suasana tidak seakrab dengan tinggal di co-living.
Pertumbuhan co-living di Indonesia memang tidak semarak yang terjadi di China, India, US dan US. Diantaranya karena perbedaan karakter budaya, selain itu keberadaan konsep indekost masih lebih dominan ditemui dibandingkan co-living yang baru saja merebak sekitar 3 tahun belakangan ini.
Penulis : Muthia
Sumber :
www.rukita.co
www.99.co
www.dekoruma.com