Baru-baru ini marak berita tentang keberhasilan sistem transportasi publik di DKI Jakarta, sehingga penduduk dari kawasan phery-phery Jakarta dapat dengan mudah menjangkau kawasan perkotaan atau CBD dari Jakarta. Keberhasilan sistem transportasi public ini, selain meningkatkan integrasi DKI Jakarta dengan kota sekitarnya, pun juga bermanfaat untuk membantu mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh emisi gas bahan bakar.
Adanya pandemi membuktikan bahwa kualitas udara yang baik menjadi salah satu indikator penting dalam kota yang sehat. Selain itu, dengan meningkatnya komitmen negara-negara untuk mencapai net zero emission, inovasi untuk menjaga kelestarian environment banyak ditemukan saat ini. Khususnya di kawasan perkotaan, beberapa inovasi tersebut dilakukan untuk menangani efek urban heat island sebagai salah satu tantangan lingkungan hidup.
Urban heat Island merupakan fenomena peningkatan suhu udara di wilayah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan, yang dapat mencapai 3-10 oC. Peningkatan tersebut terjadi salah satunya karena lahan untuk ruang terbuka dialihkan fungsinya sebagai ruang terbangun di kawasan perkotaan. Beberapa dampak yang dihasilkan dari kondisi ini adalah:
1. Peningkatan Konsumsi Energi
Adanya Urban Heat Island berpengaruh terhadap kenaikan suhu udara, baik saat pagi maupun malam. Kenaikan tersebut tentunya meningkatkan penggunaan air conditioning di kawasan perkotaan.
2. Peningkatan polusi udara dan gas rumah kaca
Peningkatan polusi udara dan gas rumah kaca terjadi karena adanya peningkatan penggunaan bahan bakar fosil untuk mendinginkan ruangan di kawasan perkotaan.
3. Menurunkan kualitas air
Urban heat island tentunya mempengaruhi temperatur permukaan jalan di suatu kawasan. Adanya perubahan temperatur ini, secara tidak langsung akan mempengaruhi temperatur air hujan. Dimana pada kondisi tertentu, air dengan suhu yang tinggi dapat mengganggu biota air.
Melihat dampak yang signifikan, ada baiknya isu urban heat island ini juga menjadi prioritas pembangunan suatu kawasan perkotaan. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah melalui
1. Pemugaran warna untuk permukaan jalan dan bangunan. Warna dapat menggunakan warna yang lebih terang, agar tidak menyerap panas
2. Menambah vegetasi dan green canopy di kawasan perkotaan
3. Merancang kebijakan yang berkaitan dengan heat reduction pada operasional gedung dan infrastruktur.
Pengembang properti di perkotaan dapat mengadaptasi cara-cara di atas untuk mengurangi dampak pemanasan perkotaan di kawasan pengembangannya, karena hal ini akan berimplikasi pada kenyamanan kawasan properti dan berujung pada property branding.
Penulis: Lusia Raras
Sumber:
www.epa.gov
www.conserve-energy-future.com
Artikel Terkait: