Indonesia menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan hunian yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk. Pada tahun 2023, kebutuhan hunian mencapai 12,71 juta unit.
Salah satu solusi untuk mengatasi kebutuhan permukiman di tengah keterbatasan lahan adalah dengan membangun hunian vertikal seperti rumah susun, apartemen, atau kondominium. Dalam proses pembangunan gedung-gedung vertikal tersebut, scaffolding atau perancah memegang peranan penting sebagai konstruksi pembantu.
Perancah merupakan struktur sementara yang digunakan untuk menyangga material bangunan dan pekerja. Perancah biasanya terbentuk dari pipa atau tabung logam dan lain-lain. Perancah dibutuhkan ketika ketinggian gedung lebih dari 2 meter dan tidak terjangkau oleh para pekerja. Selain pipa dan tabung logam, material yang dapat dimanfaatkan sebagai perancah adalah bambu.
Bambu menjadi pilihan utama sebagai material perancah karena faktor harga yang lebih murah dibandingkan besi. Namun, selain harga yang terjangkau, bambu juga memiliki kekuatan yang luar biasa dan sifat fleksibel sehingga perancah bambu akan tahan gempa dan tidak mudah patah. Bambu merupakan salah satu jenis kayu yang paling kuat dan dapat diperoleh dengan harga murah.
Penggunaan perancah bambu telah menjadi praktik yang umum di negara-negara Asia seperti Hong Kong. Di sana, para pekerja terampil dapat memasang perancah bambu untuk membungkus gedung dalam waktu sehari, bahkan hanya beberapa jam, dengan menggunakan teknik yang telah diwariskan selama ribuan tahun, sebagai bagian dari kearifan lokal bidang konstruksi.
Dibandingkan dengan baja, bambu jauh lebih ringan, enam kali lebih cepat dalam pemasangan, dan 12 kali lebih cepat dalam pembongkaran. Biayanya pun jauh lebih murah. Pemasangan perancah bambu tidak memerlukan mesin canggih atau peralatan kompleks, cukup dengan pekerja terampil dan pengikat nilon. Jika dipasang dengan benar, perancah bambu dapat lebih kuat daripada baja dan jauh lebih fleksibel.
Dalam konstruksi gedung pencakar langit di Hong Kong, jenis bambu yang biasa digunakan adalah jenis mao jue dan kao jue, yang di Indonesia dikenal sebagai bambu hijau dan bambu kuning. Untuk memastikan kualitas, bambu yang akan digunakan harus memenuhi kriteria standar seperti tingkat kekeringan, diameter, dan penampang yang sesuai.
Dengan dukungan yang tepat, penggunaan perancah bambu dapat menjadi solusi yang efektif dan efisien untuk mengatasi kebutuhan hunian vertikal yang terus meningkat di Indonesia. Meskipun bambu memiliki banyak keunggulan, penerapannya di Indonesia harus didukung oleh pengetahuan, pelatihan, dan tenaga terampil bidang konstruksi yang handal.
Penulis : Mutiara Saniyya
Sumber:
https://multimedia.scmp.com/infographics/culture/article/3183200/bamboo-scaffolding/index.html
https://kumparan.com/
https://www.kompasiana.com/