Bagaimana Pertumbuhan Harga Residential Perkotaan di Skala Global Saat Ini? | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia
Bagaimana Pertumbuhan Harga Residential Perkotaan di Skala Global Saat Ini?
Friday, 8 April 2022

Knight Frank Global baru saja merilis index residential di perkotaan dunia atau Global Residential Cities Index Q4 2021. Rilis tersebut menyebutkan bahwa rerata pertumbuhan harga tahunan di 150 kota di dunia pada kwartal ke-4 tahun 2021 tercatat sebesar 11%, atau yang tertinggi sejak kwartal ke-4 tahun 2004 (nyaris hampir 18 tahun).

Jika dilihat per region, Amerika menjadi region dengan rerata pertumbuhan harga tertinggi, yaitu berkisar 15%, sementara itu Eropa-Timur Tengah-Afrika memiliki rerata pertumbuhan mencapai 11%. Setelah itu, ada Asia yang mencatat pertumbuhan di kisaran 9%.

Istanbul dinyatakan sebagai kota dengan pertumbuhan harga residential tertinggi di dunia, dengan pertumbuhan harga mencapai 63,2%. Sementara itu, Kuala Lumpur direkam sebagai kota dengan penurunan pertumbuhan harga tertinggi yaitu -5,7%, setidaknya terdapat 10 kota yang tergolong mengalami pertumbuhan negatif.

Namun di awal 2022 ini, di beberapa kota dunia interest rate mulai naik, pendapatan yang tidak naik mengikuti inflasi, dan terlihat kecenderungan pelemahan sentimen dari konsumen sebagai dampak dari krisis global yang terjadi saat ini.

Lalu bagaimana dengan Jakarta?

Jakarta dicatatkan sebagai negara dengan pertumbuhan harga residential yang masih tumbuh positif di angka 1,4% di kwartal keempat tahun 2021.

Jika kita melihat indeks yang dirilis oleh Bank Indonesia, pada data akhir tahun 2021 dinyatakan bahwa indeks pertumbuhan perumahan Jakarta berada di angka 1,42%.

Kedua indeks tersebut mencerminkan nilai yang relatif sama. Bank Indonesia, juga menyatakan bahwa, indeks harga residential Jakarta di kwartal kesatu tahun 2022 mengalami kontraksi, atau berada di angka 1,04%, kondisi ini juga tercermin dari performa pertumbuhan harga residential di Indonesia. 

Kondisi pelemahan ini ditengarai terjadi karena pelemahan daya beli masyarakat yang belum pulih, dan di awal tahun ini menjadi masa pemulihan korporasi properti dari scarring effect (luka memar) karena pandemi.

 

Penulis : Syarifah Syaukat

Sumber:

www.knightfrank.com

www.bi.go.id

www.cnbcindonesia.com

Share:
Back to Blogs