Memasuki tahun 2024, masih banyak tantangan terhadap perbaikan performa sektor properti di Indonesia, setelah pandemi. Sebut saja krisis geopolitik, ekonomi, hingga persiapan menuju tahun politik menjadi salah satu tantangan yang perlu dihadapi di tahun 2024.
Saat mendekati pemilu, sektor properti di Indonesia diperkirakan akan mengalami fluktuasi kembali. Hal ini dikarenakan beberapa faktor seperti, sebagian orang mungkin menunda pembelian properti karena kegiatan politik, sementara sebagian orang yang lain mungkin memanfaatkan kesempatan tersebut untuk investasi.
Kebijakan politik yang diusulkan oleh calon pemimpin juga dapat mempengaruhi sentimen pasar, terutama jika ada janji pembangunan infrastruktur atau kebijakan perpajakan yang berpotensi mempengaruhi sektor properti.
Selain itu, selama tahun pemilu, ada kecenderungan investor untuk menahan investasi, karena para investor lebih berhati-hati sambil menunggu hasil pemilu dan kejelasan kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah yang baru.
Menurut Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih kuat di kuartal ketiga tahun ini, yaitu pada angka 4,94% (YoY). Pertumbuhan ekonomi ini masih didominasi oleh permintaan domestik, baik konsumsi swasta dan Pemerintah, maupun investasi.
Pada tahun 2023, menurut salah satu platform digital jual beli properti, disebutkan bahwa permintaan terhadap rumah tapak masih mendominasi permintaan properti di semester I tahun 2023. Permintaan terhadap rumah tapak ini didominasi pembeli usia 18-44 tahun, yaitu sebanyak 70,4%, dengan harga hunian yang paling banyak dicari berada pada kisaran harga Rp 400 juta - Rp 1 Miliar.
Hal ini sejalan dengan temuan Knight Frank Indonesia, yaitu pada pasar kondominium, permintaan masih didominasi dari unit dengan harga Rp 18 juta - Rp 24 juta per meter persegi. Syarifah Syaukat, selaku Senior Research Advisor dari Knight Frank Indonesia mengungkapkan bahwa preferensi generasi MZ (Millennial dan Z) dipengaruhi oleh faktor lokasi dan high-tech applied design. Yang mana, preferensi tersebut diperkirakan masih akan muncul di tahun 2024,
Meskipun kewaspadaan terhadap pemilu 2024 cukup tinggi, dalam pengalaman tahun politik yang lalu, setelah pemilu umumnya kondisi transaksi properti akan lebih baik. Adanya kepastian politik dan kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi dapat menjadi salah satu sinyal positif terhadap pertumbuhan sektor properti, pada masa setelah pemilu berlalu.
Penulis: Lusia Raras
Sumber:
www.forbes.com
https://economy.okezone.com/