Data center atau layanan pusat data saat ini menjadi salah satu sektor yang menjadi generator ekonomi di berbagai kota di dunia, termasuk di Indonesia. Hal ini tentunya tidak terlepas dari perkembangan era digital saat ini.
Berdasarkan rekam jejak data kawasan industri di greater Jakarta yang dirilis oleh Knight Frank Indonesia mengungkapkan bahwa, pertumbuhan serapan lahan industri oleh data center cukup progresif atau meningkat empat kali lipat dibandingkan pada semester I-2022.
Riset yang dilakukan oleh Knight Frank Asia Pasifik juga menyebutkan bahwa Jakarta berada di urutan pertama di antara beberapa kota di Asia Tenggara terkait kapasitas penggunaan data per kapita. Bahkan, beberapa kawasan industri baru atau dalam proses pembangunan di koridor timur Jakarta dan Bogor telah mendapatkan komitmen prospek penjualan lahan dengan sektor data center dalam beberapa tahun ke depan.
Selain Jakarta, ada Surabaya, Bandung, Bali, dan Batam yang menjadi lokasi pertumbuhan data center di Indonesia. Potensi tumbuhnya data center juga merambah ke beberapa kawasan yang mengusung pengembangan smart city maupun smart industrial estate. Di antaranya seperti Kawasan Industri Cikembar, Smart Industrial Estate di Batang, Subang Smartpolitan, dan sebagainya.
Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang disebut akan mengusung konsep smart city memiliki potensi sebagai salah satu wilayah tumbuhnya data center. Associate Director Property and Engineering Services Knight Frank Indonesia, Toni Peredina mengatakan investasi data center memiliki prospek positif seiring disebutkan bahwa IKN Nusantara akan menjadi smart city. Menurutnya, konsep smart sendiri berkaitan erat dengan IoT (Internet of Things), yang berarti semua dapat dikendalikan melalui gadget. IoT tentunya juga berkaitan dengan data center, dimana kota dengan konsep smart city tidak mungkin tanpa adanya data center.
Konsep smart city sendiri artinya secara keseluruhan harus dibangun mulai dari smart mobility, smart citizen, smart health care, dan smart technology. Toni melanjutkan, bahwa menurutnya yang menjadi tantangan pembangunan data center di IKN Nusantara secara keseluruhan bukan investasi melainkan infrastruktur yang harus disiapkan.
Infrastruktur khusus yang diperlukan diantaranya seperti jaringan serat optik dan pasokan listrik sebagai tulang punggung dari operasional data center. Data center memiliki 4 level tier untuk mengoptimalkan lamanya sistem data center down. Yang paling utama saat ini yaitu Tier 4 dimana dalam setahun data center itu hanya bisa down selama 30 menit per tahun. Dengan demikian, dibutuhkan pasokan listrik untuk Tier 4 yang memadai. Dari segi investasi sendiri, perlu disiapkan backup genset minimal dua berikut dengan pendinginan, dimana ini berarti nilai investasi pun sangat besar.
Sebagai kota dengan konsep smart city, maka kehadiran data center di IKN Nusantara menjadi sebuah kebutuhan yang penting. Prospek data center di IKN Nusantara akan sangat baik, ditambah lagi data center dianggap memiliki risiko yang rendah dibandingkan kebanyakan investasi real estate atau properti lainnya seiring dengan digitalisasi dunia saat ini. Namun kendala infrastruktur dapat menjadi penghambat operasionalnya. Oleh karena itu dibutuhkan dorongan infrastruktur yang memadai dari pemerintah demi menarik investor untuk menumbuhkan pembangunan data center di IKN Nusantara ini.
Penulis: Maya Talitha Az Zahra
Sumber:
www.knightfrank.com
www.kompas.com
www.ekonomi.bisnis.com
Artikel Terkait: