Pandemi yang masih terjadi hingga akhir tahun 2020 berdampak pada kegiatan ekonomi, ritel misalnya. Meski pembatasan sosial sudah direnggangkan untuk memulihkan ekonomi, pemulihan masih juga belum terasa dampaknya. Beberapa ritel besarpun telah mengumumkan kerugian imbas dari Pandemi. Salah satu peritel besar di Indonesia mencatat kerugian hingga Rp 357,87 miliar. Hal itu terjadi karena anjloknya total pendapatan sebesar 62% menjadi Rp 2,25 triliun dari sebelumnya yang sebesar Rp 5,95 triliun. Dan tentu saja ini terjadi di beberapa peritel di Indonesia.
Ketua Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan saat ini kerugian memang menghantui para peritel. Salah satunya karena pembatasan operasional yang masih dilakukan. Bahkan dia mengungkapkan kondisi seperti ini belum akan mengalami pemulihan hingga akhir tahun. Menurutnya pun kondisi ini bisa terjadi hingga tahun depan.
Ketua Umum Asosiasi Pelaku Ritel Indonesia Roy Nicholas Mendey mengatakan tahun 2021 sudah memperlihatkan indikator yang optimistis dari kondisi akhir tahun ini. Pertama tingkat inflasi saat ini sudah mulai membaik setelah deflasi beberapa bulan. Tiga bulan lalu berturut-turut tingkat inflasi terus membaik di angka 0,07% pada bulan Oktober dan 0,28% pada November, hal itu menandakan mulai meningkatnya konsumsi. Kedua, adanya titik cerah vaksin terhadap kondisi sekarang. Penetrasi pemberian vaksin kepada masyarakat sangat berpengaruh terhadap naiknya angka penjualan ritel. Jika pemberian vaksin dapat mengendalikan pandemi maka akan membuat kepercayaan diri masyarakat meningkat untuk belanja. Namun, Roy juga memperkirakan penurunan konsumsi juga akan terjadi setelah naiknya cukai rokok pada tahun 2021. Dia memprediksi konsumsi rokok dapat terkoreksi mencapai 25%, terutama pada masyarakat menegah ke bawah, di kuartal II dan III.
Saat ini retailer menjadi lebih konservatif dalam strategi ekspansi, banyak dari retailer yang mengalihkan fokus mereka dari mal ke pertokoan ruang ritel di sisi jalan atau stand-alone sebagai bagian dari strategi ekspansi, karena toko-toko tersebut mungkin masih memiliki potensi untuk tetap beroperasi ketika mal diharuskan untuk tutup.
Sumber :
https://finance.detik.com/
https://www.cnbcindonesia.com/
https://investor.id/