Ancaman Megathrust, Bagaimana Sektor Properti Menyiapkan Diri? | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia
Ancaman Megathrust, Bagaimana Sektor Properti Menyiapkan Diri?
Friday, 23 August 2024

Beberapa minggu terakhir, berita mengenai ancaman bencana gempa bumi berkekuatan besar menjadi perhatian publik. Gempa yang disebut megathrust ini pun tidak bisa diprediksi kapan terjadinya.

Menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, Ia memperkirakan, Megathrust Selat Sunda dapat memicu gempa dengan kekuatan maksimal M 8,7 dan Megathrust Mentawai-Siberut M 8,9. Menurutnya beberapa daerah yang berpotensi mengalami bencana tersebut adalah Provinsi Banten, Jawa Barat, hingga Lampung.

Ancaman ini perlu ditanggapi dengan strategi mitigasi bencana, salah satunya di sektor properti dan infrastruktur. Beberapa teknologi pembangunan yang bisa diadopsi untuk memitigasi bencana tersebut adalah:

  1. Desain Struktur Tahan Gempa

Desain struktur tahan gempa adalah langkah pertama yang sangat penting dalam memitigasi dampak bencana megathrust. Struktur bangunan harus dirancang agar dapat menyerap dan mendistribusikan energi gempa secara efektif. Prinsip dasar desain tahan gempa meliputi:

    • Pondasi yang Kuat: Pondasi bangunan harus mampu menahan pergerakan tanah selama gempa. Penggunaan tiang pancang atau pondasi dalam dapat meningkatkan stabilitas bangunan.
    • Sistem Rangka yang Fleksibel: Struktur bangunan harus memiliki sistem rangka yang fleksibel, seperti penggunaan baja atau beton bertulang, yang dapat bergerak dan menyesuaikan diri dengan getaran gempa tanpa mengalami kerusakan yang signifikan.
    • Peredam Getaran: Teknologi peredam getaran, seperti base isolator, dapat dipasang di bawah bangunan untuk mengurangi getaran yang ditransmisikan dari tanah ke bangunan.
  1. Penerapan Early Warning System

Penggunaan Early Warning System (EWS) adalah strategi penting untuk memberikan peringatan dini sebelum gempa megathrust terjadi. Teknologi ini bekerja dengan mendeteksi gelombang seismik dan memberikan peringatan beberapa detik hingga menit sebelum gempa besar terjadi. Sistem peringatan dini ini memungkinkan penghuni bangunan untuk mengambil tindakan evakuasi segera dan mengurangi risiko cedera atau kematian.

  1. Penggunaan Material Bangunan yang Tahan Gempa

Pemilihan material bangunan yang tahan gempa sangat penting untuk mengurangi risiko kerusakan. Material yang sering digunakan antara lain:

    • Beton Bertulang: Beton bertulang dapat menahan beban vertikal dan lateral dengan baik, serta mampu menahan deformasi selama gempa.
    • Baja: Baja memiliki kekuatan tarik yang tinggi dan mampu menahan beban dinamis yang diakibatkan oleh gempa bumi. Baja juga lebih fleksibel dibandingkan dengan material lain, sehingga mengurangi risiko keretakan atau keruntuhan.
    • Kayu: Untuk bangunan dengan skala kecil, kayu juga dapat digunakan karena memiliki sifat elastisitas yang baik dan mampu menahan getaran tanpa retak.
  1. Implementasi Teknologi Bangunan Cerdas

Bangunan cerdas menggunakan sensor dan teknologi IoT (Internet of Things) untuk memantau kondisi struktural secara real-time. Sensor ini dapat mendeteksi perubahan getaran, tekanan, atau pergeseran pada bangunan, dan memberikan informasi langsung kepada pengelola gedung mengenai potensi bahaya. Dengan adanya informasi ini, tindakan perbaikan atau evakuasi dapat dilakukan dengan cepat dan efektif.

 

Penulis: Lusia Raras

Sumber:

https://kfmap.asia/blog/lessigreater-lead-rubber-bearing-lrb-solusi-untuk-gedung-di-kawasan-rentan-gempa/2426

https://kfmap.asia/blog/1467-gedung-tinggi-and-potensi-risiko-gempa-di-jakarta/2359

ttps://www.kompas.com/properti

Share:
Back to Blogs