Di tengah kondisi konflik global dan pertumbuhan ekonomi yang fluktuatif, performa real estate di Asia Pasifik telah mengalami pergeseran dan memperlihatkan tren baru yang didorong oleh kondisi demografi dan ekonomi, serta perubahan preferensi dan perilaku konsumen saat ini.
Christine Li, Head of Research dari Knight Frank Asia Pasifik merangkum 10 tren tersebut, sebagai berikut:
1. Tahun ini seharusnya menjadi tahun yang lebih baik dibandingkan tahun lalu, terutama dengan pencabutan kebijakan zero covid policies di beberapa negara termasuk Cina diharapkan memberikan ekspektasi positif terhadap performa pasar properti.
2. Meski harga kredit meningkat diikuti dengan penyesuaian harga karena peningkatan biaya konstruksi dan mulai pulihnya permintaan, namun pada dasarnya penyesuaian harga dilakukan setelah harga terkoreksi pada saat pandemi.
3. Hunian premium tetap menjadi pilihan investasi bagi para crazy rich di Asia, antusiasme tersebut terlihat saat dibukanya perbatasan antara negara.
4. Fenomena pembaruan perjanjian sewa ruang kantor dengan tenor yang lebih pendek.
5. Kalibrasi ulang untuk optimalisasi ruang kantor akan berlanjut.
6. Permintaan logistik yang akan kembali normal setelah meningkat pesat di masa pandemi.
7. Pertumbuhan performa sektor life science akan memberikan kontribusi positif terhadap permintaan logistik di masa pasca pandemi.
8. Menjadi periode transisi bagi investor untuk melakukan review ulang strategi bisnisnya.
9. Aset ekonomi baru berbasis digital akan menjadi pilihan yang berlanjut di tahun ini
10. Investor akan bergerak cepat untuk mempertimbangkan aset premium dengan nilai yang menarik, terutama karena kondisi saat ini tergolong limited competition bagi para investor.
Lalu bagaimana, signal tren tersebut terhadap kondisi properti di Indonesia, khususnya Jakarta saat ini. Sebagian besar tren tersebut juga terjadi di Jakarta, sebut saja perpanjangan masa sewa ruang kantor saat ini yang cenderung dilakukan untuk periode sewa yang lebih pendek dari masa sebelumnya.
Selain itu, pertumbuhan data center sebagai aset properti baru di tengah masa digitalisasi saat ini juga mewarnai performa properti di Jakarta, terbukti data center saat ini menjadi penyerap utama (28%) untuk lahan industri di Greater Jakarta pada semester kedua tahun 2022.
Penulis : Syarifah Syaukat
Sumber:
Artikel Terkait:
Dengan 1 Juta US Dollar, Berapa Luas Hunian Premium yang Bisa Anda Dapatkan?
Pembukaan Border di China, Apakah Sinyal Positif Bagi Properti di Asia Pasifik?
Pasar Perkantoran CBD dan Fakta Kemungkinan Bertambah Lagi Stok dari Pergeseran Ibukota