Wellness tourism atau wisata kebugaran merupakan perjalanan wisata dengan tujuan memelihara, mengelola, serta meningkatkan kesehatan dan kebugaran melalui kegiatan fisik, psikis, maupun spiritual. Sektor pariwisata ini menjadi sangat populer di berbagai belahan dunia karena semakin banyak orang bepergian dan berlibur untuk meningkatkan kesehatan tubuh dan pikiran mereka.
Namun, pandemi telah memberi dampak besar pada tren wisata kebugaran secara global. Berdasarkan laporan dari Global Wellness Institute, sektor wellness tourism mengalami penurunan secara signifikan sebesar 39,5% yang diakibatkan oleh adanya pembatasan perjalanan, kebijakan tinggal di rumah, dan penutupan bisnis.
Kabar baiknya, dengan semakin terkendalinya kondisi pandemi saat ini, wisata kebugaran diproyeksikan meningkat dimana pada tahun 2025 tingkat pertumbuhan tahunan memiliki rerata 20,9%. Angka tersebut menjadi lampu hijau bagi sektor pariwisata di mana sektor ini akan kembali tumbuh dengan kuat dan dapat semakin memperluas pangsa pasarnya di seluruh dunia.
Laporan The Wealth Report oleh Knight Frank menunjukkan sekitar 80 persen UHNWIs [individu dengan kekayaan sangat tinggi] mendedikasikan lebih banyak waktu dan uang mereka untuk mencapai kesejahteraan. Hal ini dapat menjadi peluang besar bagi sektor industri pariwisata Indonesia untuk menarik lebih banyak pengunjung mancanegara, sebagaimana pariwisata internasional telah terbukti menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang tangguh bagi hampir setiap wilayah di dunia.
Potensi di Indonesia
Asia-Pasifik merupakan salah satu pasar wisata kebugaran yang tumbuh paling cepat pada 2017-2019 dengan rerata sebesar 8,1 persen. Berbagai faktor seperti lingkungan alam, sumber daya bahan alami untuk kesehatan, serta keragaman budaya merupakan keunggulan kompetitif bagi Asia sebagai tujuan wisata kesehatan. Tak terkecuali Indonesia yang memiliki kekayaan alamiah dan budaya yang melimpah untuk dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat dunia.
Menurut Direktur Wisata Alam, Budaya, dan Buatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Alexander Reyaan, Indonesia memiliki sejumlah potensi yang dapat dikembangkan. Poin utama yang disorot antara lain rempah dan jamu-jamuan, warisan leluhur dan kearifan lokal, serta keragaman budaya dan bahasa. Indonesia sangat kaya akan sumber daya tersebut, namun tak dapat dipungkiri bahwa pemanfaatannya belum dilakukan secara optimal.
Berdasarkan perhatian tersebut, Kemenparekraf berusaha untuk mengawali langkah pengembangan wellness tourism di tiga kota, yaitu Solo, Yogyakarta, dan Bali. Kota Solo akan berfokus pada potensi jamu-jamuan, produk herbal, aromaterapi, dan meditasi. Yogyakarta juga memiliki potensi besar pada produk jamunya, serta tradisi pijat, meditasi, terapi seni, dan jelajah alam. Selanjutnya, kepopuleran Bali berkaitan dengan potensi yoga, meditasi, makanan sehat, dan jelajah alam.
Optimisme bangkitnya sektor wellness tourism, akan diikuti dengan dampak turunan bagi penduduk sekitar melalui terciptanya berbagai lapangan pekerjaan di sektor pariwisata dan perhotelan, dan berujung pada pemulihan ekonomi lokal dan nasional.
Penulis: Dinda Amalia Ichsani
Sumber:
www.globalwellnessinstitute.org
www.cnnindonesia.com
www.adb.org