"No Alarms & No Surprises, Please" kutipan dari Radiohead yang merefleksikan harapan untuk kondisi sektor ritel yang tengah berlanjut di fase pemulihan pada tahun 2022, setelah 2021 menjadi fase reopening, hal ini disampaikan oleh Stephem Bringham, dalam ulasannya mengenai ritel dalam ‘Retail Property Outlook 2022’.
Masih dari sumber yang sama disebutkan bahwa, pada tahun 2022 dan berikutnya, lansekap pengelolaan ritel akan ditentukan oleh 10 Re, yaitu : Rebuilding, Resolving, Reengineering, Reevaluating, Rebasing, Repricing, Redefining, Repurposing, Rebalancing, dan Renaissance.
Berikut penjelasan singkat terkait konsepsi diatas,
Rebuilding, intinya adalah membangun kembali cashflow yang terdisrupsi karena pandemi, melalui penguatan hubungan dengan konsumen.
Resolving, sisa dampak pandemi diantaranya tunggakan sewa, perlu dicarikan bentuk komprominya antara Landlord dan tenant untuk mendapatkan solusi sebagai dasar kolaborasi kedepannya.
Reengineering, merekayasa ulang rantai pasokan untuk mengatasi isu jangka pendek (seperti : kenaikan harga dan kekurangan stok) dan tantangan jangka panjang (seperti : permintaan konsumen untuk waktu belanja online yg lebih efisien).
Reevaluating, meninjau kembali ukuran ruang ritel sesuai portofolionya, sehingga dapat melanjutkan operasionalnya sebagai ruang ritel yang produktif berbasis multi-channel.
Rebasing, menilai kembali nilai harga sewa dari titik terrendah yang terkoreksi di tengah pandemi, sehingga dapat menciptakan pasar ritel yang berkelanjutan dan menarik.
Repricing, revisi harga membuat ritel menjadi lebih menarik dibandingkan investasi properti lainnya, dengan yield yang progresif.
Redefining, menentukan kembali kelas layanan ritel sesuai dengan karakter lokasinya, untuk optimalisasi layanan diperlukan kolaborasi antara pemangku kepentingan (Pemerintah, pengembang, dan Landlord)
Repurposing, alih fungsi ruang ritel yang berlebih untuk fungsi properti lainnya yang sedang tumbuh paling progresif diantara sektor properti lainnya
Rebalancing, menelaah antara sentimen negatif untuk performa ritel dan wacana bahwa ritel akan booming, kedua hal ini perlu dianalisis silang untuk mendapatkan strategi perubahan yang seimbang.
Renaissance, yaitu pertumbuhan baru setelah transisi, 2022 seharusnya lebih stabil untuk ritel, narasi kembali ke performa pra-pandemi harus bergeser menjadi bentuk adaptasi baru terhadap evolusi lingkungan setelah pandemi.
Penulis: Syarifah Syaukat
Sumber:
www.knightfrank.com