Baru-baru ini melalui Konferensi Tingkat Tinggi G7 di Jerman, Presiden Joko Widodo bertemu dengan Kanselir Jerman, Olaf Scholz untuk membahas penguatan kerjasama ekonomi dan presidensi G20 Indonesia. Salah satu bentuk kerjasama ekonomi yang dilakukan antara Indonesia dan Jerman adalah melalui Green Infrastructure Initiative, proyek pengolahan energi terbarukan di Indonesia. Dengan pendanaan yang besar, tidak heran jika green infrastructure dinilai menjadi langkah awal penerapan green financing di Indonesia. Namun, sebenarnya apa itu green financing?
Green financing merupakan investasi keuangan yang mengalir ke proyek-proyek pembangunan berkelanjutan, dan berkaitan erat dengan lingkungan, serta kebijakan yang mendorong pengembangan ekonomi berkelanjutan. Implementasi green financing ini dianggap penting, karena green financing bertujuan untuk mengatasi:
1. Biaya dan manfaat kegiatan ekonomi atau disebut eksternalitas seperti polusi udara dan air, yang tidak diinternalisasi dalam sistem penetapan harga
2. Beberapa investor yang bertanggung jawab secara lingkungan dan sosial tidak mengetahui tempat atau perusahaan untuk berinvestasi karena minimnya informasi
3. Investor yang tidak memiliki data atau alat untuk menganalisa investasi dalam proyek ramah lingkungan
Tidak hanya pada sektor infrastruktur saja, green financing sendiri dapat dimanfaatkan oleh sektor properti. Dalam sektor properti , green financing akan erat hubungannya dengan penerapan konsep green building, yang mendukung net zero emission pada kawasan. Mengacu kepada riset yang dilakukan oleh Knight Frank, penerapan green financing ini dilakukan beberapanya melalui pengurangan suku bunga kredit pinjaman bagi pelaku bisnis yang menerapkan konsep sustainability (net zero emission, effective energy) pada bisnisnya. Lalu bagaimana dengan Indonesia?
Baru-baru ini, Salah satu Bank yang beroperasi di Indonesia menawarkan program sustainable financing bagi pemilik bisnis atau pemilik hunian. Melalui program ini diharapkan membantu melakukan penghematan tagihan listrik, mencapai emisi karbon, dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Pemilik hunian akan mendapatkan kemudahan pembiayaan saat ingin retrofitting huniannya menjadi lebih berkelanjutan. Selain itu, bagi pemilik industri dan komersial, program ini dapat memilih pembelian langsung peralatan atau skema penghematan energi dengan pembiayaan hijau di perbankan.
Upaya tersebut diharapkan mampu mendukung misi Indonesia untuk mengurangi emisi karbon hingga 20% pada tahun 2060 nanti. Dan diharapkan bagi anda calon pemilik maupun pemilik properti, banyak keuntungan yang bisa anda dapatkan dengan beralih menuju bisnis yang lebih sustainable.
Penulis: Lusia Raras
Sumber:
www.cnbcindonesia.com
www.simulasikredit.com
www.knightfrank.com
www.kompas.com