Di tengah penurunan daya beli masyarakat, pengelola area ritel pun memerlukan strategi untuk mengatasi situasi tersebut, terutama mengingat saat ini beberapa pengunjung pun hanya berkunjung ke ruang retail tanpa melakukan transaksi.
Salah satu strategi yang saat ini banyak ditemukan adalah dengan menerapkan konsep pop up store. Pop-up store adalah toko sementara yang dibuka untuk waktu yang singkat, biasanya di lokasi strategis seperti mal, pusat kota, atau event tertentu. Konsep ini digunakan umumnya untuk mempromosikan produk baru, menciptakan pengalaman unik bagi pelanggan, atau menguji pasar di lokasi baru tanpa komitmen jangka panjang. Pop-up store seringkali memiliki desain kreatif dan menawarkan produk atau layanan eksklusif selama periode toko tersebut beroperasi.
Menurut salah satu pakar ritel dari Korea Selatan, disebutkan bahwa konsep pop up store semakin meningkat pasca pandemi, dimana peran brand identity semakin besar untuk menarik transaksi dalam ritel. Dan fenomena ini pun tidak hanya terjadi di Indonesia. Menurut salah satu riset pasar yang dilakukan di beberapa negara, disebutkan bahwa kehadiran pop up store pasca pandemi mengalami peningkatan yang drastis.
Di Amerika Serikat, pada tahun 2023, terdapat 40.000 pop up store. Menurut salah satu media berita, di Inggris pada tahun 2023 jumlah pop up store meningkat 18% (yoy). Di Tiongkok, volume transaksi pop up store dapat mencapai 832 miliar yuan pada tahun 2025 (meningkat 260% hanya dalam waktu lima tahun).
Melihat penerapannya semakin menjamur, berikut adalah beberapa prediksi trend terkait pop up store yang akan muncul pada beberapa tahun yang akan datang:
Penulis: Lusia Raras
Sumber:
www.marketeers.com
www.forbes.com