Pandemi memberikan dampak atau pergeseran pada berbagai sektor ekonomi, termasuk diantaranya pada sektor properti, khususnya perkantoran. Tidak dapat dipungkiri, bahwa pandemi memang telah merubah cara pandang dan melahirkan berbagai tren baru.
Knight Frank Asia Pacific (KFAP) baru saja merilis publikasi yang disusun berdasarkan survey dari sekitar 400 lembaga bisnis berskala internasional. Survey tersebut merekam preferensi, ekspektasi dan prediksi bentuk investasi yang perlu dilakukan dalam 3 tahun ke depan.
Dalam hasil publikasi tersebut disebutkan 5 pergeseran perspektif occupier perkantoran dalam melakukan rencana ekspansi bisnisnya. Berikut ini penjelasannya.
Sebagian besar occupier di Asia Pasifik masih optimis, bahwa dalam tiga tahun ke depan, portofolio bisnisnya akan bertambah. Namun masih menelusuri sektor yang potensial untuk ekspansi. Sementara itu, occupier di kancah global justru memprediksi bahwa portofolio ekspansi bisnisnya akan turun dalam tiga tahun kedepan.
Hampir separuh Occupier di tingkat Asia Pasifik dan Global menyatakan bahwa dampak pandemi akan berpengaruh dalam jangka menengah. Selain itu, sebagian merasa WFH atau hybrid model akan terus berlangsung dan tempat kerja menjadi lebih fluid, sebagai alternatif sistem kerja.
Relokasi kantor pusat menjadi salah satu pilihan alternatif dalam tiga tahun kedepan, hal ini dilakukan untuk melakukan penghematan, hal ini dinyatakan oleh sebagian besar (sekitar 66%) Occupier di Asia Pasifik. Selain penghematan, relokasi juga diperlukan diantaranya untuk adaptasi terhadap transformasi bisnis, mendekati sumber tenaga kerja, dan mencari tempat yang lebih berkualitas.
Tambahan sarana dalam ruang kerja untuk meningkatkan semangat pekerja menjadi hal yang penting. Seperti menyediakan makanan minuman, suplemen keseahtan, fasilitas olahraga, pos penerimaan paket, tempat relaksasi, tempat penyimpanan sepeda, concierge, fasilitas penitipan anak dan fasilitas edukasi.
Akhirnya, desentralisasi kantor pusat menjadi salah satu tren strategi mendekatkan ruang kerja dengan kantong permukiman sebagai sumber tenaga kerja. Hal ini diantaranya dilakukan untuk mengurangi kepadatan lalu lintas di tengah kota.
Setidaknya hal-hal diatas dinyatakan oleh sebagian besar occupier di Asia Pasifik, diantaranya dari Hanoi, Bangkok, Manila, Jakarta, Ho Chi Minh, Kuala Lumpur, Hongkong dan Singapore.
Penulis : Syarifah Syaukat
Sumber :
What APAC Occupiers Want - June 2021 | Knight Frank Research