Di kawasan Asia-Pasifik (APAC), telah terjadi percepatan harga properti yang signifikan, didorong oleh memuncaknya suku bunga dan penurunan inflasi. Berdasarkan riset oleh Knight Frank APAC, terhadap 25 kota yang diteliti terungkap bahwa, hanya 14 kota saja yang mengalami peningkatan pertumbuhan harga residential yang signifikan.
Lalu, bagaimana detail pergerakkan pertumbuhan harga properti residential di masing-masing kawasan di regional Asia Pasifik?
Di kawasan Asia Tenggara, Singapura memiliki pertumbuhan yang paling signifikan. Pada paruh kedua tahun 2023, negara ini mengalami pertumbuhan sekitar 13,7% (YoY). Hal ini dikarenakan posisi Singapura yang masih menjadi safe haven bagi para investor. Selain itu, adanya pertumbuhan kekayaan di Singapura juga mampu mendukung harga yang stabil meskipun di tengah penurunan jumlah transaksi.
Kawasan metropolitan Manila juga mengalami lonjakan harga sebesar 8.6% (YoY). Hal ini didorong oleh dilanjutkannya operasi perusahaan Business Process Outsourcing (BPO), yang menyebabkan peningkatan jumlah ekspatriat yang kembali untuk mengawasi operasi bisnis, berkontribusi pada kinerja kuat kawasan tersebut.
Dengan pengecualian Melbourne (yang naik sebesar 3.2% (YoY)), sisa kota-kota besar di Australia, yaitu Perth, Sydney, Brisbane, mengalami pertumbuhan dua digit pada tahun 2023, berkisar antara 10.8% hingga 12.8% (YoY).
Sementara itu, di Selandia Baru, pasar perumahan telah menunjukkan tanda-tanda stabilisasi sejak mencapai titik terendah pada paruh kedua tahun 2023. Harga di Wellington dan Auckland pun meningkat masing-masing sebesar 2.75% dan 0.5% (YoY), membalikkan tren dari penurunan dua digit sebelumnya.
Pemerintah China diperkirakan akan memulai putaran stimulus, meskipun kepercayaan pada sentimen konsumen dan sektor properti tidak akan kembali dalam waktu dekat. Pasar perumahan Hong Kong menghadapi tantangan serupa, termasuk sentimen pasar yang lemah, tingkat suku bunga tinggi, dan inventaris besar dari unit baru yang sudah selesai namun belum terjual.
Tokyo dan Osaka terus mengalami kenaikan harga karena hasil dari biaya utang masih menawarkan selisih yang baik bagi investor.
Sementara itu, Seoul mengalami penurunan sebesar 5.5% YoY karena perlambatan ekonomi yang berorientasi ekspor dan biaya pinjaman yang lebih tinggi.
Delapan pasar properti teratas mengalami pertumbuhan penjualan tahunan sebesar 5%, dengan total 329.097 apartemen terjual pada tahun 2023. Mumbai memimpin dalam penjualan dengan 86.871 unit, menunjukkan pertumbuhan sebesar 2%. Bersama dengan NCR dan Bengaluru, ketiga kota ini mengumpulkan 60% dari total volume penjualan di pasar India.
Momentum pertumbuhan diperkirakan akan terus berlanjut dengan stabil ke tahun 2024, dengan potensi kinerja berkelanjutan di pasar real estat. Penurunan suku bunga yang diharapkan dapat lebih lanjut mendukung sektor perumahan yang terjangkau, yang telah kehilangan momentum di tengah perubahan kondisi ekonomi.
Memasuki tahun 2024, beberapa hal yang masih perlu diantisipasi adalah siklus kenaikan suku bunga, ketidakpastian ekonomi, dan kemampuan pemulihan dari pandemi. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Knight Frank Indonesia berjudul Property Outlook 2024, subsektor rumah tapak akan mengalami pertumbuhan di tahun ini, meskipun subsektor kondominium diperkirakan akan mengalami stagnasi.
Penulis: Lusia Raras
Sumber:
https://kfmap.asia/research/asia-pacific-residential-review-h2-2023/2969
https://kfmap.asia/research/rilis-pers-property-outlook-2024/2946