Pandemi memberikan dampak perubahan yang signifikan pada banyak sektor, terutama sektor pariwisata. Ini terjadi karena untuk menghambat penyebaran wabah, maka sejumlah pembatasan diberlakukan dan hasilnya membuat kunjungan wisatawan, baik lokal dan asing, menurun drastis.
Tingkat okupansi hotel di bulan Mei 2020 di Indonesia hanya mencapai 14,45% saja. Penerbangan domestik juga dibanding Mei tahun lalu turun 98,34% dan potensi yang hilang dari industri pariwisata mencapai US$ 6 miliar selama bulan Januari-Juni tahun 2020.
Dengan dibukanya kembali beberapa kegiatan walau dengan pembatasan, terlihat pergerakan sebagai indikasi pemulihan pariwisata. Hal ini terlihat dari aktivitas libur panjang HUT RI yang bersambung dengan Tahun Baru Hijriyah, dan cuti Bersama, yang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap okupansi hotel di beberapa kota besar di Indonesia.
Sebut saja Surabaya, Bandung dan DIY Yogyakarta melaporkan peningkatan keterisian kamar hotel. Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Jawa Timur (PHRI Jatim) Sugito Adhi mengatakan, menjelang akhir pekan lalu saat libur panjang, terjadi kenaikan okupansi menjadi 25 persen. Pada hari-hari biasa, selama pandemi, okupansi rata-rata sekitar 15 persen. Meski okupansi masih rendah, Gito mengaku tertolong karena setidaknya biaya operasional hotel bisa tertutupi.
Banyak tamu yang datang untuk staycation. Ada juga yang memang ingin berlibur atau mengunjungi sanak famili. ’’Tamu-tamu itu berasal dari dalam dan luar Surabaya seperti Jombang, Malang, ataupun dari Jakarta dan Semarang. Rata-rata mereka membawa mobil dan berlibur bersama keluarga,’’ ungkapnya.
Complex Director of Marketing Communication The Westin Surabaya dan Four Points by Sheraton Surabaya Firman Indra menambahkan, sudah terlihat kenaikan pesanan kamar. Dia optimistis okupansi meningkat menjadi 35 persen hingga akhir pekan ini. Pada hari-hari sebelumnya, okupansi hanya 15–20 persen.
Kenaikan wisatawan ke DIY Yogyakarta juga membuat okupansi hotel meningkat. Ketua Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono mengatakan, terjadi geliat pada bisnis hotel dan restoran ketika libur HUT RI ke-75 kemarin. "Terjadi peningkatan okupansi hotel rata-rata sekitar 20 persen. Untuk hotel berbintang terjadi peningkatan okupansi sebanyak 60 persen. Sedangkan, hotel non-bintang mengalami peningkatan hingga 35 persen," jelasnya
Sama seperti Surabaya dan DI Yogyakarta, tingkat okupansi hotel di Kota Bandung meningkat hingga 40 persen, selama cuti bersama Tahun Baru Islam (Muharram). Kabid Pembinaan Pariwisata Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung, Edward Parlindungan, mengatakan, selama cuti bersama itu terjadi lonjakan wisatawan ke Kota Bandung. "Kemarin libur panjang lumayan ada lonjakan. Biasanya okupansinya 20 Persen, kemarin di atas 40 persen," ujar Edward.
Pelonggaran kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di masa adaptasi kebiasaan baru, diyakini akan secara perlahan mendorong pemulihan sektor pariwisata, sekaligus meningkatkan keterisian atau okupansi hotel. Semoga indikasi positif ini terus berlanjut dan menular ke sektor ekonomi yang lain.
Penulis : Miranti Paramita
Sumber :
https://www.jawapos.com/
https://jogja.tribunnews.com/
https://jabar.tribunnews.com/