Indonesia membuat sejarah baru dengan memindahkan ibu kota dari DKI Jakarta ke Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Sebelum IKN Nusantara resmi pindah pada tahun 2024, maka tahun 2023 pembangunannya dilakukan secara seksama. Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah memulai pembangunan IKN Nusantara, di awal tahun 2023 progres pembangunan telah mencapai 12 persen.
Pembangunan IKN membawa banyak dampak positif bagi warga Kalimantan, khususnya Kalimantan Timur. Masyarakat di Kalimantan Timur terkena efek positif di bidang perekonomian karena kunjungan ke IKN meningkat. Hal ini juga tentunya membawa keuntungan bagi hotel-hotel yang berada di sekitar wilayah IKN. Para pengunjung yang datang ke IKN akan menginap di hotel di sekitar IKN sehingga meningkatkan okupansi hotel di Kalimantan Timur.
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) membenarkan adanya lonjakan tingkat hunian kamar atau okupansi hotel di Kalimantan Timur dipicu karena adanya pembangunan IKN Nusantara. Wakil Ketua Umum PHRI Bidang Hotel, Iswandi Said, mengatakan aktivitas yang dilakukan pemerintah untuk mempersiapkan pembangunan infrastruktur tahap awal di IKN memicu kenaikan okupansi hotel di Kalimantan Timur.
Lonjakan okupansi hotel ini sudah mulai terlihat sejak semester II 2019, ketika isu pemindahan ibu kota bergulir. Okupansi hotel diketahui meningkat menjadi 57,83 persen pada Juli 2019 dari yang semula sebesar 47,90 persen pada Januari 2019.
Dalam beberapa waktu terakhir ini, tingkat okupansi hotel di Kalimantan Timur juga melonjak naik. Data Badan Pusat Statistik (BPS ) pada Januari 2023 menunjukkan bahwa provinsi Kalimantan Timur masuk ke jajaran 3 besar dengan okupansi tertinggi. Tingkat penghunian kamar hotel di Kalimantan Timur mencapai 53,52 persen atau tertinggi kedua setelah DI Yogyakarta yang sebesar 58,21 persen.
Iswandi menyatakan bahwa peningkatan okupansi ini terjadi karena adanya kegiatan kunjungan pemerintah dan kementerian ke Kalimantan Timur untuk persiapan IKN. Apalagi banyak proyek yang juga terus berjalan sehingga memerlukan hotel sebagai tempat menginap, sehingga hasilnya terlihat dari kenaikan okupansi hotel.
Sekretaris Jenderal PHRI, Maulana Yusran, menyebut bahwa okupansi hotel di Kalimantan Timur saat ini bisa sekitar 61 persen atau hampir 62 persen year on year (secara tahunan). Ini menunjukkan kenaikan sekitar 5 persen dari tahun 2019, dimana sebelum ada proyek IKN pada tahun 2019 tingkat okupansi hotel di Kalimantan Timur sebesar 56 persen.
Peningkatan okupansi hotel ini paling dirasakan di Balikpapan sebagai kota yang lokasinya bersebelahan dengan IKN. Para pendatang seperti investor asing maupun lokal, serta pengawas proyek IKN memilih untuk tinggal sementara di Balikpapan, sehingga meningkatkan okupansi hotel di sana. Sebelum ada rencana IKN, okupansi hotel di Balikpapan hanya berada di angka kurang lebih 60 persen. Namun setelah adanya IKN okupansi hotel naik mendekati angka 70 persen.
Banyak dampak positif membuat masyarakat di Kalimantan Timur sangat mendukung dengan adanya IKN, dan diharapkan berbagai program IKN yang sudah direncanakan bisa terlaksana sesuai dengan jadwal sehingga dapat dimulai di tahun 2024.
Penulis : Maya Talitha Az Zahra
Sumber :
www.ekonomi.bisnis.com
www.cnbcindonesia.com
www.kaltimkita.com
www.kaltimtribunnews.com
Artikel Terkait