JAKARTA, KOMPAS.com - Pasar residensial premium Jakarta pada semester II-2020 dinilai lebih kompetitif dibanding Hong Kong, Mumbai, Bangkok, dan Kuala Lumpur. Menurut laporan Knight Frank Asia Pacific, ibu kota Indonesia ini mengungguli kota-kota tersebut dalam rerata indeks harga properti residensial premium kawasan regional Asia Pasifik dengan poin 105,59. Sementara Hong Kong terpaut satu poin 104,71, Mumbai 102,74, Bangkok 101,69, dan Kuala Lumpur dengan 98,04. Namun begitu, Jakarta masih jauh di bawah Seoul yang menempati posisi teratas di seluruh kawasan Asia Pasifik dengan poin 226,76, disusul Shanghai 150.77, dan Beijing 144.09. Sementara dengan Singapura, Jakarta hanya terpaut 11,4 angka, yakni 116,99. Senior Advisor Research Knight Frank Indonesia Syarifah Syaukat menuturkan, indeks harga residensial premium ini mempertimbangkan perubahan harga atau price change (year on year) "Selain itu, juga memperhitungkan tingkat pertumbuhan ekonomi," kata Syarifah menjawab Kompas.com, Kamis (28/1/2021).
Dia menjelaskan, hingga akhir 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi meningkat, meski masih di kisaran minus 2,9 persen dengan batas atas minus 0,9 persen. Prediksi pertumbuhan ekonomi ini juga didukung suku bunga yang terus dipertahankan pada level 3,75 persen sejak Pandemi Covid-19. Hal ini tentu saja dapat menjadi stimulus bagi dunia usaha dalam pengembangan bisnisnya. Oleh karena itu, Syarifah meyakini, residensial secara umum bakal menjadi salah satu sektor dengan transaksi yang terus bergerak meski pandemi Covid-19 belum mereda. "Tidak dapat dimungkiri hal ini karena sektor residensial tergolong kebutuhan dasar, para konsumen masih terus berupaya memenuhi kebutuhannya," lanjut dia. Segmen menengah mendominasi Sementara secara umum, kinerja pasar residensial Jakarta relatif masih stagnan.
Hal ini karena tambahan stok baru tidak terlalu signifikan, tercatat sejumlah 220.775 unit. Demikian halnya dengan rerata penjualan yang cenderung mengalami penurunan dengan pra-penjualan atas produk primer sebesar 95,2 persen. Baca juga: Optimisme dari Subang Pasca-peresmian Pelabuhan Internasional Patimban Adapun stok baru yang akan masuk pasar sampai tahun 2024 mencapai 45.781 unit dengan posisi pra-penjualan 58,7 persen. Angka ini turun dibanding tahun-tahun sebeumnya. Segmen menengah mendominasi tingkat serapan residensial dengan angka 41,6 persen. Diikuti segmen menengah ke bawah sebesar 23,4 persen. Dengan demikian, total unit terserap hingga akhir 2020 sebanyak 143.581 unit. Menurut Syarifah, strategi pemberian insentif ditawarkan pengembang pada penjualan unit baru, di antaranya uang muka 0 persen, beli sekarang bayar kemudian, dan tambahan diskon uang muka, ikut memengaruhi tingkat serapan. "Jadi, berdasarkan rekam jejak Semester II-2020, refleksi kondisi penjualan dan pertumbuhan harga masih akan berlanjut pada tahun 2021 ini," tuntas Syarifah.
Penulis : Hilda B Alexander