Nasib Coworking Space di Tengah Pandemi | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia
Nasib Coworking Space di Tengah Pandemi
Tuesday, 14 April 2020

Sejak pertengahan bulan Maret tahun ini tingkat okupansi coworking space masih tetap terjaga di kisaran 85%, meski dibayangi-bayangi oleh dampak dari wabah penyakit. Dalam kondisi pandemi, berbagai sektor properti ikut terdampak, termasuk coworking space. Unit yang masih berjalan sejak bulan lalu umumnya menerapkan standar, operasional, prosedur dalam pencegahan penyebaran wabah, yaitu dengan melakukan hal-hal berikut ini;

  1. Menetapkan jadwal pembersihan dilakukan sebelum coworker mulai bekerja, dan peningkatan frekuensi pembersihan,
  2. Mengubah jam masuk dari jam 8 pagi menjadi jam 10 pagi dan tutup lebih awal, sekitar jam 5 sore,
  3. Menyediakan di setiap toilet antiseptic dan sabun cuci tangan,
  4. Melakukan screening suhu tubuh, sebelum coworker mulai bekerja, atau saat coworker memasuki area coworking,
  5. Menyediakan alat makan dan minum sekali pakai,
  6. Menetapkan physical distancing dalam ruang kerja.

Namun seiring dengan anjuran Pemerintah untuk melakukan kerja dari rumah (work from home/wfh), maka imbas ini juga dirasakan oleh pengelola co-working space. Beberapa coworking space di Jakarta terpaksa menutup operasional mengikuti himbauan pemerintah, namun ada beberapa yang tetap beroperasi karena ada kebutuhan dan permintaan klien. Kondisi ini tidak hanya terjadi di Jakarta, di Cina hal ini juga terjadi.

Co-working space yang mengedepankan interaksi dan koneksi antar komunitas dalam bekerja menjadi berkurang geliatnya karena sebaran wabah yang memaksa masyarakat untuk mengurangi intensitas dalam berinteraksi sehari-hari, atau melakukan pekerjaan dari rumah. Namun disisi lain, dengan pola kerja dari rumah yang berlaku saat ini, pengurangan jadwal masuk kerja untuk pegawai, dan jadwal rapat virtual, sebenarnya menjadi perusahaan berpikir ulang untuk menyewa ruang kantor yang besar, dan mulai tergerak untuk mengubah sistem kerja menjadi lebih fleksibel.

Dalam jangka pendek, preferensi akan jatuh pada ruang yang compact, dinamis, lokasi strategis, sewa ruang kantor murah, dengan teknologi tinggi untuk interaksi dan memiliki standar pengelolaan kebersihan yang baik akan menjadikan alternatif ruang kerja. Setidaknya hal ini terjadi di Korea Selatan pada bulan lalu menurut market study yang dilakukan properti konsultan lokal.

Penulis : Syarifah Syaukat

Sumber :

https://ekonomi.bisnis.com/

https://properti.kompas.com/

https://www.kompasiana.com/

https://www.starjogja.com/

https://marketeers.com/

Share:
Back to Blogs