Knight Frank Global baru saja merilis Indeks Sewa Kantor untuk Q1 2022. Berdasarkan rilis tersebut diungkapkan bahwa indeks naik 0,8% (QoQ), meskipun kondisinya Q1 bergejolak dengan inflasi yang meningkat dan invasi di tataran global membebani sentimen pasar. Indeks keseluruhan naik 0,2% (yoy).
Namun indeks tersebut tidak diikuti dengan membaiknya tingkat keterisian ruang. Dalam rilis tersebut juga dinyatakan bahwa, kekosongan ruang tetap tinggi di 13,1%, belum terlihat membaik dari gambaran di akhir tahun 2021. Prediksinya kekosongan ruang akan segera terisi karena banyak pasar Asia-Pasifik mulai membuka ekonomi mereka dan industri teknologi terus memanfaatkan peluang untuk menempati ruang berkualitas premium di CBD dengan harga sewa yang kompetitif.
Tim Armstrong, Global Head of Occupier Strategy and Solutions, Knight Frank, mengatakan: “Optimisme pada awal tahun ini diredam oleh mencuat kembali pandemi, seperti di Hong Kong dan beberapa pasar China Daratan yang mengetatkan kembali pergerakan.”
Pemulihan ekonomi yang berkelanjutan pasca pandemi di tataran global dihadapkan pada lonjakan harga energi dan tekanan inflasi. Dengan demikian, perkiraan pertumbuhan untuk wilayah tersebut bisa lebih rendah dari yang telah diproyeksikan. Namun demikian, pasar Asia-Pasifik tidak terkena dampak langsung oleh ketidakpastian makroekonomi seperti kawasan lain.
Sementara itu, Christine Li, Head of Research, Knight Frank Asia-Pasifik, mengatakan: “Masih ada sinyal beragam terutama di negara berkembang di mana permintaan sewa kantor masih dalam keadaan fluktuatif. Karena pemulihan ekonomi bergantung secara signifikan pada investasi asing langsung, lingkungan ekonomi makro sekarang membuat segalanya lebih tidak terduga daripada sebelumnya.”
Namun demikian, penurunan harga sewa selama seluruh pandemi tidak terlalu dalam dibandingkan dengan krisis sebelumnya, dan kami juga tidak memperkirakan tekanan sisi penawaran pada sewa dan hunian di kuartal mendatang di Asia-Pasifik. Dengan hybrid bekerja sebagai jalan ke depan, para pemilik kemungkinan tidak akan terlalu berkomitmen untuk ruang seperti yang mereka lakukan di masa lalu, yang secara sederhana dapat mendukung permintaan sewa ruang kantor yang stabil di pasar yang sudah keluar dari masalah.”
Kondisi pemulihan pasar perkantoran memang terlihat sedang diupayakan oleh berbagai pemangku kepentingan di berbagai kota di dunia. Diantaranya di Paris, setidaknya ada 13 unicorns baru dari sektor teknologi yang menyerap US$1M untuk ruang perkantoran baru.
Selain itu, pemulihan juga terlihat akan segera membaik, setidaknya sinyal ini terlihat di US dengan indikasi Google & Apple yang telah menyusun strategi pola kerja hybrid dan mulai kembali ke kantor secara berkala. Namun, kembali bahwa pemberlakuan ini sangat tergantung dengan nature character dari bisnis yang dijalan oleh setiap perusahaan.
Lalu bagaimana di Jakarta?
Meskipun kondisi pasar perkantoran belum terlihat sepenuhnya pulih, namun permintaan mulai kembali berdatangan. Semoga tahun ini menjadi turning point untuk perbaikan performa sektor perkantoran di CBD Jakarta dan sekitarnya. No alarm and surprise, please.
Penulis : Syarifah Syaukat
Sumber:
www.knightfrank.com